TEKS GEGURITAN WIRASA DHARMAGITA ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI

Penulis

  • Ni Kadek Unik Jayanti Universitas Udayana
  • Ida Bagus Rai Putra Universitas Udayana
  • I Ketut Ngurah Sulibra Universitas Udayana

Kata Kunci:

Geguritan, Padalingsa, Wilangan Kecap, Suara Pematut

Abstrak

Geguritan Wirasa Dharmagita merupakan salah satu karya sastra Bali yang menggunakan berbagai macam pupuh dengan teknik pengulangan pada beberapa bagiannya. Terdapat enam jenis pupuh yang digunakan, yaitu pupuh Durma, Sinom, Smarandhana, Ginanti, Dangdang Gula, dan Maskumambang. Geguritan ini mengisahkan aktivitas kehidupan manusia sehari-hari yang sarat dengan nilai-nilai etika sebagai pedoman dalam bertindak. Penelitian ini bertujuan untuk membina, melestarikan, dan mengembangkan kebudayaan Bali khususnya, dan kebudayaan nasional pada umumnya, melalui kajian sastra sebagai salah satu unsur kebudayaan. Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan struktur Geguritan Wirasa Dharmagita (GWD), baik dari segi bentuk maupun naratif, serta mengungkap nilai-nilai etika yang terkandung di dalamnya. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode membaca, sedangkan pada tahap analisis digunakan metode kualitatif, dengan pendekatan formal dan informal. Penanda simbolik digunakan dalam analisis struktur pupuh: ( / ) untuk pemenggalan baris dan ( //) untuk penanda akhir baris. Hasil penelitian menunjukkan: (1) Struktur formal GWD mengalami beberapa ketidaksesuaian, terutama pada aspek lilitan lingsa terhadap wilangan kecap di keenam pupuh yang digunakan, serta ketidaksesuaian lingsa terhadap suara pematut pada pupuh Dangdang Gula dan Maskumambang. Selain itu, teks ini kaya akan gaya bahasa, seperti simile, metafora, hiperbola, antitesis, hingga enumerasi, yang berfungsi memperkuat pesan moral dan religius. Ragam bahasa yang digunakan didominasi oleh basa Bali alus dan basita paribasa, mencerminkan nilai etika dan kesopanan tinggi dalam budaya Bali. (2) Nilai-nilai yang terkandung dalam GWD meliputi nilai pendidikan, nilai etika (susila), dan nilai estetika, yang mencerminkan ajaran moral dan keindahan khas sastra tradisional Bali.

Geguritan Wirasa Dharmagita is a Balinese literary work that employs various types of pupuh with repetition techniques in several parts. Six types of pupuh are used: Durma, Sinom, Smarandhana, Ginanti, Dangdang Gula, and Maskumambang. This geguritan narrates the daily activities of human life, rich in ethical values that serve as guidelines for behavior. This study aims to foster, preserve, and develop Balinese culture in particular, and national culture in general, through literary studies as one of the cultural elements. The specific objective of this research is to describe the structure of Geguritan Wirasa Dharmagita (GWD), both in terms of form and narrative, as well as to reveal the ethical values contained within it. The data collection method used is reading, while the analysis stage employs a qualitative method, with both formal and informal approaches. Symbolic markers are used in analyzing the pupuh structure: ( / ) for line breaks and ( // ) for line endings. The results show: (1) The formal structure of GWD contains several inconsistencies, particularly in the correspondence between lingsa patterns and the wilangan kecap in the six pupuh used, as well as mismatches between lingsa and rhyme sounds (pematut) in the Dangdang Gula and Maskumambang pupuh. In addition, the text is rich in stylistic devices such as simile, metaphor, hyperbole, antithesis, and enumeration, which serve to reinforce moral and religious messages. The variety of language used is dominated by basa Bali alus and basita paribasa, reflecting high ethical and polite values in Balinese culture. (2) The values contained in GWD include educational values, ethical (susila) values, and aesthetic values, which reflect moral teachings and the distinctive beauty of traditional Balinese literature.

Unduhan

Diterbitkan

2025-08-30