STRATEGI GURU DALAM MENANGANI ANAK SPEECH DELAY MELALUI INTERAKSI SOSIAL DI PRA TK MUTIARA QUR’AN
Kata Kunci:
Strategi Guru, Anak Speech Delay, Interaksi SosialAbstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana langkah-langkah yang diambil oleh guru untuk mengatasi anak dengan keterlambatan bicara, mulai dari masalah bahasa, sampai perkembangan sosial dan emosional. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus yang bersifat kualitatif dan deskriptif yang betujuan untuk mendeskripsikan secara mendalam untuk mengungkapkan dan memahami mengenai strategi yang digunakan guru dalam meningkatkan kemampuan anak yang memiliki gangguan keterlambatan berbicara (speech delay). Subjek utama penelitian ini adalah guru, dan salah satu anak di Pra-Tk Mutiara Qur’an berinisial P, yang mengalami gangguan keterlambatan bicara. Penelitian ini berlokasi di Pra-TK Mutiara Qur’an, Cikarang Selatan. Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan anak speech delay di Pra-Tk Mutiara Qu’an memiliki karakteristik umum yaitu mengeluarkan kata-kata atau kalimat yang tidak biasa seperti anak-anak pada umumnya, berbicara lebih lambat dari pada anak seumurannya sehingga anak menjadi cenderung pendiam dan tidak percaya diri. Strategi yang digunakan oleh guru yaitu melalui interaksi sosial dengan metode bercerita dan kasih sayang untuk mengembangkan kemampuan berbicara anak yang mengalami gangguan keterlambatan bicara di Pra-TK Mutiara Qur’an, Cikarang Selatan.
This article explores the Lingko tradition as a traditional agricultural system developed by the indigenous Manggarai people in Flores, East Nusa Tenggara. Lingko not only reflects sustainable agricultural management but also embodies deep social, spiritual, and ecological values. Through a literature review approach, this study reveals how Manggarai’s local wisdom—through practices such as communal work (gotong royong), forest conservation (Wae Rebo), water resource management (Wae Teku), and integrated farming and livestock systems—plays a vital role in maintaining environmental balance. Furthermore, the article highlights the challenges posed by modernization and climate change to the preservation of this tradition, as well as the adaptive efforts of the Manggarai community to sustain their cultural heritage. The study demonstrates that local wisdom can serve as an alternative model for achieving community-based and ecologically grounded sustainable development.