PERAN LEMBAGA ADAT DALAM PENANGGULANGAN KEBAKARAN HUTAN DIWILAYAH ULAYAT MASYARAKAT HUKUM ADAT KABUPATEN PELALAWAN

Penulis

  • Isa Hanafi Universitas Riau
  • Hayatul Ismi Universitas Riau
  • Hengki Firmanda S [email protected]

Kata Kunci:

Lembaga Adat, Kebakaran Hutan, Ulayat

Abstrak

Kebakaran hutan dan lahan sering terjadi di Kabupaten Pelalawan yang merupakan salah satu wilayah yang tinggi dalam pemanfaatan sumber daya lahan naik untuk pertanian, perkebunan dan hutan tanaman industri, sehingga rentan terhadap kebakaran hutan dan lahan terutama pada musim kemarau, bahkan musibah ini menjadi langganan tetap setiap tahunnya. Kebakaran hutan di tanah ulayat Desa Sotol kabupaten pelalawan disebabkan oleh masyarakat yang membuka lahan dengan membakar, aktiitas nelayan yang membuang putung rokok sembarangan, dan tidak memadamkan api setelah membakar ikan. Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu secara sosiologis. Pendekatan yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitian sosiologis. Lokasi penelitian yang dilakukan penulis adalah di Desa Sotol Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan. Populasi dan sample dalam penelitian ini yaitu Ketua Adat, Tokoh Adat dan Kepala Desa. Penelitian ini menggunakan data skunder serta teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara. Hasil penelitian ini terdapat dua hal pokok yang dapat disimpulkan. Pertama, peran lembaga adat dalam penanggulangan kebakaran hutan diwiliyah hukum adat sangat penting. Peran lembaga adat ini digunakan untuk menjaga lingkungan Desa Adat. Sanksi yang digunakan untuk preventif dengan kata lain tidak ada lagi perbuaan melanggar hukum adat dikemudian hari. Untuk saat ini permasalahan kebakaran hutan masih sering ditemukan, namun diselesaikan secara adat sudah jarang ditemukan. Jika masih ada maka sanksi akan tetap dilakukan dan diterapkan agar tidak menjadi suatu kebiasaan dan berlanjut pada generasi selanjutnya.

Forest and land fires frequently occur in Pelalawan Regency, an area characterized by extensive land use for agriculture, plantations, and industrial forest plantations. This condition renders the region particularly vulnerable to forest and land fires, especially during the dry season, with such disasters recurring annually. The forest fire incident on customary (ulayat) land in Sotol Village, Pelalawan Regency, was primarily caused by local residents engaging in land clearing through burning, as well as by fishermen discarding cigarette butts carelessly and failing to extinguish fires after grilling fish. This study employs a sociological legal research method. The approach adopted by the researcher is empirical, focusing on how law operates within society. The research was conducted in Sotol Village, Langgam Sub-district, Pelalawan Regency. The population and sample in this study consist of the Customary Chief, Traditional Leaders, and the Village Head. This research utilizes secondary data, and data collection techniques were carried out through interviews. This study concludes two main findings. First, the role of customary institutions in addressing forest fires within customary law territories is highly significant. These institutions serve to protect and preserve the environment of the customary village. The sanctions imposed function as a preventive measure— intended to deter future violations of customary law. Although forest fire incidents are still frequently encountered, resolutions through customary mechanisms have become increasingly rare. However, when such cases do occur, customary sanctions are still applied and enforced to prevent such actions from becoming habitual and passed down to future generations.

Unduhan

Diterbitkan

2025-06-29