HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) TERHADAP KEBUGARAN KARDIORESPIRASI KARYAWAN RSUD CIPAYUNG BERDASARKAN HASIL ROCKPORT TEST DAN SIX MINUTES WALKING TEST (6MWT)

Penulis

  • Syifa Aulia Muthmainnah Universitas Indonesia
  • Budi Hidayat Universitas Indonesia
  • Maryanto Universitas Indonesia

Kata Kunci:

Kebugaran Kardiorespirasi, Indeks Massa Tubuh, Komorbiditas, Karyawan Rumah Sakit, Rockport Test, Six Minutes Walking Test

Abstrak

Latar Belakang: Kesehatan karyawan berperan penting dalam menjaga produktivitas kerja. Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan indikator status gizi yang berkaitan dengan kebugaran fisik dan risiko gangguan metabolik. Individu dengan IMT tinggi cenderung memiliki kebugaran kardiorespirasi lebih rendah. Namun, kajian serupa pada karyawan rumah sakit di Indonesia masih terbatas. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan IMT dan kebugaran kardiorespirasi pada karyawan RSUD Cipayung, dengan mempertimbangkan faktor risiko komorbiditas. Metode: Penelitian ini menggunakan desain analitik kuantitatif potong lintang. Sebanyak 236 karyawan mengikuti tes kebugaran menggunakan Rockport Test (untuk responden tanpa faktor risiko komorbiditas) dan Six Minutes Walking Test (6MWT) (untuk responden dengan faktor risiko komorbiditas), berdasarkan hasil skrining PAR-Q. Kebugaran diukur melalui estimasi VO₂Max. Analisis dilakukan menggunakan uji korelasi Spearman dan regresi linier berganda. Hasil: Terdapat hubungan negatif signifikan antara IMT dan VO₂Max (ρ = –0,330; p < 0,001). Regresi linier berganda menunjukkan bahwa IMT berpengaruh signifikan terhadap VO₂Max (B = –0,218; p < 0,001), meskipun dikendalikan oleh usia, jenis kelamin, pendidikan, dan faktor risiko komorbiditas. Model menjelaskan 63,3% variasi VO₂Max (R² = 0,633). Kesimpulan: IMT memiliki hubungan negatif signifikan terhadap kebugaran kardiorespirasi. Temuan ini menegaskan pentingnya pengelolaan IMT dan pemantauan kebugaran sebagai bagian dari strategi kesehatan kerja yang berkelanjutan.

Background: Employee health plays an important role in maintaining work productivity. Body Mass Index (BMI) is a nutritional status indicator associated with physical fitness and metabolic disorder risk. Individuals with high BMI tend to have lower cardiorespiratory fitness. However, similar studies among hospital employees in Indonesia remain limited. This study aims to analyze the relationship between BMI and cardiorespiratory fitness among employees at RSUD Cipayung, considering the presence of comorbidity risk factors. Methods: This study employed a cross-sectional quantitative analytic design. A total of 236 employees participated in fitness tests using the Rockport Test (for respondents without comorbidity risk factors) and the Six-Minute Walking Test (6MWT) (for respondents with comorbidity risk factors), based on PAR-Q screening results. Fitness was measured through VO₂Max estimation. Data analysis used Spearman’s correlation test and multiple linear regression. Results: A significant negative relationship was found between BMI and VO₂Max (ρ = –0.330; p < 0.001). Multiple linear regression showed that BMI had a significant effect on VO₂Max (B = –0.218; p < 0.001), even after controlling for age, sex, education level, and comorbidity risk factors. The model explained 63.3% of the variation in VO₂Max (R² = 0.633). Conclusion: BMI has a significant negative relationship with cardiorespiratory fitness. This finding highlights the importance of BMI management and fitness monitoring as part of a sustainable workplace health strategy.

Unduhan

Diterbitkan

2025-05-30