https://ojs.co.id/1/index.php/pjpi/issue/feedPsikofusi: Jurnal Psikologi Integratif2025-06-29T16:17:34+00:00Open Journal Systemshttps://ojs.co.id/1/index.php/pjpi/article/view/3350IMPLEMENTASI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DALAM MENGATASI KESULITAN BERBICARA PADA ANAK DI SDS IT SASTRA ATMANEGARA2025-06-28T13:33:47+00:00Sri SekarNingsih [email protected]Siti Juariah [email protected]<p>Kemampuan berbicara merupakan aspek penting dalam perkembangan anak usia sekolah dasar karena berkaitan langsung dengan keberhasilan akademik, sosial, dan emosional. Kesulitan berbicara dapat disebebkan oleh faktor biologis maupun lingkungan, Perlu segera ditangani agar tidak menghambat proses belajar dan interaksi sosial anak. Dalam perspektif Islam, kemampuan berbicara adalah anugerah yang harus digunakan untuk menyampaikan kebenaran, Sebagaimana tercantum dalam Al-Qur'an Surat Al-Balad ayat 8-9. Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan pendekatan Bimbingan dan Konseling Islam (BKI) sebagai pendekatan strategis untuk membantu siswa mengatasi hambatan berbicara melalui pendekatan spriritual, pembinaan karakter, dan peningkatan kepercayaan diri anak Melalui aktivitas seperti doa, dzikir, dan pembiasaan komunikasi yang Islami, pendekatan dilakukan secara religius. Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus dalam kerangka metode kualitatif. Teknik pengumpulan data dilaksanakan melalui observasi langsung, wawancara mendalam, serta analisis dokumen pendukung. Data yang diperoleh dianalisis dan dihubungkan dengan teori-teori Bimbingan dan Konseling Islam serta perkembangan Bahasa anak.Hasil yang diharapkan dari penelitian ini berupa publikasi artikel ilmiah pada jurnal yang terindeks Sinta 3. Selain itu, penelitian ini diharapkan menghasilkan rekomendasi praktis bagi guru, konselor, dan orangtua dalam mengembangkan strategi BKI untuk membantu mengatasi anak yang mengalami kesulitan berbicara. Hasil penelitian ini juga dapat menjadi referensi dalam pengembangan layanan BKI di sekolah dasar berbasis Islam lainnya.</p>2025-06-29T00:00:00+00:00Hak Cipta (c) 2025 Psikofusi: Jurnal Psikologi Integratifhttps://ojs.co.id/1/index.php/pjpi/article/view/3264TRANSFORMASI MOTIVASI DAN ADAPTASI LINTAS BUDAYA MAHASISWA INDONESIA DALAM INTERNSHIP DI JEPANG: IMPLIKASI UNTUK PSIKOLOGI INDUSTRI DAN ORGANISASI2025-06-24T07:41:09+00:00Hari Sutopo[email protected]Lucia Rini Sugiarti[email protected]Fendy Suhariadi[email protected]<p>Penelitian ini mengeksplorasi transformasi motivasi dan adaptasi lintas budaya mahasiswa Indonesia selama internship di Jepang, dengan fokus pada implikasi bagi pengembangan sumber daya manusia (SDM) dalam konteks Psikologi Industri dan Organisasi (PIO). Menggunakan Interpretative Phenomenological Analysis (IPA), wawancara mendalam dilakukan dengan empat mahasiswa yang mengikuti internship pada 2020–2024. Berdasarkan Self-Determination Theory (SDT) dan Cross-Cultural Adjustment Model, temuan mengungkap: (1) evolusi motivasi dari eksternal ke intrinsik melalui pemenuhan kebutuhan otonomi, kompetensi, dan keterhubungan; (2) adaptasi budaya bertahap melalui fase honeymoon, culture shock, dan integrasi; (3) nilai budaya Indonesia (tepo seliro, sabar, nrimo) sebagai sumber daya adaptif; dan (4) pembentukan identitas profesional. Penelitian ini memperluas SDT dengan konsep Cross-Cultural Motivational Transformation dan mengusulkan Indigenous Cultural Intelligence sebagai aset dalam lingkungan kerja multikultural. Implikasi praktis mencakup rekomendasi untuk pelatihan pra-keberangkatan, sistem mentoring, dan orientasi budaya dua arah untuk mendukung kesiapan kerja global.</p> <p><em>This study explores the motivational transformation and cross-cultural adaptation of Indonesian students during internships in Japan, focusing on the implications for the development of Human Resources (HR) in the context of industrial and Organizational Psychology (PIO). Using Interpretative Phenomenological Analysis (IPA), in-depth interviews were conducted with four students who participated in internships in 2020-2024. Based on Self-Determination Theory (SDT) and Cross-Cultural Adjustment Model, the findings reveal: (1) the evolution of motivation from external to intrinsic through the fulfillment of autonomy, competence, and connectedness needs; (2) gradual cultural adaptation through honeymoon, culture shock, and integration Phases; (3) Indonesian cultural values (Tepo seliro, sabar, nrimo) as adaptive resources; and (4) the formation of professional identity. This research expands SDT with the concept of Cross-Cultural Motivational Transformation and proposes Indigenous Cultural Intelligence as an asset in a multicultural work environment. Practical implications include recommendations for pre-departure training, mentoring systems, and two-way cultural orientation to support global job readiness.</em></p>2025-06-29T00:00:00+00:00Hak Cipta (c) 2025 Psikofusi: Jurnal Psikologi Integratifhttps://ojs.co.id/1/index.php/pjpi/article/view/3232HUBUNGAN ANTARA HARDINESS DENGAN KESIAPAN KERJA PADA MAHASISWA-MAHASISWI TINGKAT AKHIR FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA2025-06-20T08:50:39+00:00Theressa Aprilya Br Butar Butar[email protected]Nadya Lucyta Br Sirait[email protected]Mukhaira El Akmal[email protected]Rianda Elvinawanty[email protected]<p>Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara hardiness dengan kesiapan kerja pada mahasiswa tingkat akhir. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 100 orang mahasiswa tingkat akhir Fakultas Psikologi Universitas Prima Indonesia dengan menggunakan teknik purposive sampling. Skala Likert digunakan untuk memperoleh data tentang hardiness dan kesiapan kerja pada mahasiswa psikologi tingkat akhir. Penelitian ini memakai 36 aitem skala hardiness dan 32 aitem skala kesiapan kerja. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat hubungan antara hardiness dengan kesiapan kerja pada mahasiswa tingkat akhir dengan nilai korelasi sebesar 0,631 dengan p = 0.000 (p < 0.05), yang artinya semakin tinggi hardiness maka semakin tinggi pula tingkat kesiapan kerja pada mahasiswa tingkat akhir.</p> <p><em>This study aims to determine the relationship between hardiness and work readiness in final year students. The sample in this study was 100 final year students of the Faculty of Psychology, Universitas Prima Indonesia using purposive sampling technique. The Likert scale was used to obtain data on hardiness and work readiness in final year psychology students. This study used 36 hardiness scale items and 32 work readiness scale items. Based on the results of the study, there is a relationship between hardiness and work readiness in final year students with a correlation value of 0.631 with p =0.000 (p <0.05), which means that the higher the hardiness, the higher the level of work readiness in final year students.</em></p>2025-06-29T00:00:00+00:00Hak Cipta (c) 2025 Psikofusi: Jurnal Psikologi Integratifhttps://ojs.co.id/1/index.php/pjpi/article/view/3275KECEMASAN SOSIAL PADA REMAJA AWAL: SEBUAH TINJAUAN LITERATUR TENTANG FAKTOR PENYEBAB DAN DAMPAKNYA2025-06-25T08:35:48+00:00Yoga Ayu Oktaria Rosawati[email protected]Mulya Virgonita Iswindari Winta[email protected]Margaretha Maria Shinta Pratiwi[email protected]<p>Kecemasan sosial pada remaja awal merupakan fenomena psikologis yang kompleks dan semakin mendapat perhatian dalam konteks perkembangan masa transisi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab dan dampak kecemasan sosial pada remaja awal melalui pendekatan systematic literature review (SLR). Kajian dilakukan terhadap 44 artikel ilmiah yang dipublikasikan antara tahun 2020 hingga 2025, menggunakan basis data seperti PubMed, ScienceDirect, dan Google Scholar. Hasil analisis tematik menunjukkan bahwa penyebab utama kecemasan sosial meliputi rendahnya harga diri, pengalaman bullying, regulasi diri yang lemah, serta tekanan dari media sosial. Dampaknya mencakup penarikan diri sosial, gangguan emosi, hingga penurunan fungsi akademik dan sosial. Kajian ini juga mengungkap bahwa intervensi seperti terapi kognitif-perilaku (CBT) dan dukungan lingkungan yang suportif dapat secara efektif mengurangi kecemasan sosial. Temuan ini menyoroti pentingnya pendekatan multidimensi dalam memahami dan menangani kecemasan sosial pada remaja awal, baik melalui jalur psikologis, sosial, maupun edukatif.</p>2025-06-29T00:00:00+00:00Hak Cipta (c) 2025 Psikofusi: Jurnal Psikologi Integratifhttps://ojs.co.id/1/index.php/pjpi/article/view/3241JATI DIRI YANG TAK PERNAH SELESAI: PERJALANAN TRANSGENDER MENJADI DAN KEMBALI PULANG2025-06-21T08:02:02+00:00Bagus Enggarjati Christya Putra[email protected]Rudangta Arianti[email protected]<p>Perjalanan pencarian jati diri transgender merupakan proses psikologis yang kompleks dan tidak selalu linear, terlebih Ketika seorang individu mengalami fase detransisi yang sering disalahpahami. Penelitian ini bertujuan memahami proses tersebut dari perspektif orang yang mengalaminya langsung. Dengan pendekatan kualitatif studi kasus dan landasan psikologi eksistensial-humanistik, penelitian ini melibatkan dua partisipan transgender yang menjalani dan memantapkan keputusan transisi dan kemudian kembali ke identitas laki-laki (detransisi). Data ini diperoleh melalui wawancara mendalam dan dianalisis secara tematik-naratif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perjalanan identitas mereka bersifat dinamis dan melibatkan fase eksplorasi dan komitmen yang berulang (Moratorium–Achievement–Moratorium–Achievement). Salah satu partisipan terdorong oleh krisis internal dan pencarian makna, sedangkan yang lain oleh krisis eksternal dan kebutuhan bertahan hidup (pragmatis). Detransisi bukanlah bentuk kegagalan, melainkan fase eksplorasi baru menuju pemahaman diri yang lebih utuh. Proses ini dipengaruhi oleh resiliensi, dukungan sosial otentik, serta pemaknaan ulang pengalaman hidup. Kesimpulannya, pencarian jati diri transgender adalah proses dinamis yang dibentuk oleh interaksi antara dinamika batin dan realitas sosial, di mana pemaknaan dan ketahanan menjadi kunci terbentuknya identitas yang terintegrasi.</p> <p><em>The journey of identity exploration in transgender individuals is a complex psychological process that is not always linear, especially when one experiences detransition—a phase often misunderstood. This study aims to understand that process from the perspective of those who have personally experienced it. Using a qualitative case study approach and grounded in existential-humanistic psychology, this research involves two transgender participants who went through gender transition and later returned to a male identity (detransition). Data were collected through in-depth interviews and analyzed using thematic-narrative analysis. The findings reveal that their identity development was dynamic, involving repeated phases of exploration and commitment (Moratorium–Achievement–Moratorium–Achievement). One participant was driven by internal crises and a search for meaning, while the other was influenced by external pressures and pragmatic needs for survival. Detransition was not a sign of failure, but rather a new stage of exploration leading toward a deeper understanding of the self. This process was supported by resilience, authentic social support, and the re-meaning of past experiences. In conclusion, the search for transgender identity is a deeply human and dynamic journey shaped by the interplay between internal psychological processes and external social realities, where meaning-making and resilience are key to achieving an integrated sense of identity.</em></p>2025-06-29T00:00:00+00:00Hak Cipta (c) 2025 Psikofusi: Jurnal Psikologi Integratifhttps://ojs.co.id/1/index.php/pjpi/article/view/3096INOVASI STRATEGI GURU KELAS DALAM MEMBANTU SISWA DISLEKSIA DI KELAS 3B MI AL-ISTIQOMAH MELALUI PENDEKATAN MULTISENSORI DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING2025-06-01T11:07:46+00:00Rahmawati[email protected]Rini Setyowati [email protected]<p>Salah satu gangguan bahasa yang paling umum dialami oleh anak-anak adalah disleksia, yang ditandai dengan kesulitan menulis, mengeja, dan membaca. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa efektif strategi multisensori dalam membantu siswa disleksia kelas 3B di MI Al-Istiqomah di Banyusari, Karawang. Studi ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif dan studi kasus. Setelah data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi, perangkat lunak NVivo 12 Pro digunakan untuk menganalisis data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru menggunakan strategi multisensori, yang mencakup sentuhan, pendengaran, dan penglihatan, secara konsisten, dan ini berdampak positif pada pemahaman dan keinginan belajar siswa disleksia. Selain itu, guru memberikan perhatian khusus, menggunakan alat pembelajaran yang mendukung, dan menciptakan suasana kelas yang ramah. Oleh karena itu, pendekatan multisensori terbukti efektif dalam membantu siswa disleksia memahami materi dan meningkatkan hasil belajar mereka.</p> <p><em>One of the most common language disorders experienced by children is dyslexia, which is characterized by difficulties in writing, spelling, and reading. The purpose of this study is to determine the effectiveness of a multisensory strategy in assisting dyslexic students of class 3B at MI Al-Istiqomah in Banyusari, Karawang. This study employs a qualitative approach and a case study method. After collecting data through observation, interviews, and documentation, NVivo 12 Pro software was used for data analysis. The results show that the teacher consistently applied a multisensory strategy involving touch, hearing, and sight, which had a positive impact on students’ comprehension and motivation to learn. In addition, the teacher provided special attention, used supportive learning tools, and created a friendly classroom environment. Therefore, the multisensory approach has proven to be effective in helping dyslexic students understand the material and improve their academic performance.</em></p>2025-06-29T00:00:00+00:00Hak Cipta (c) 2025 Psikofusi: Jurnal Psikologi Integratif