Perspektif Agama dan Identitas
https://ojs.co.id/1/index.php/pai
id-IDPerspektif Agama dan IdentitasHUBUNGAN ANTARA FILSAFAT, ILMU, DAN AGAMA DI MTS AT-TARBIYAH KM5
https://ojs.co.id/1/index.php/pai/article/view/3770
<p>Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara filsafat, ilmu, dan agama dalam konteks pendidikan di MTs At-Tarbiyah KM5. Kajian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya pemahaman yang holistik terhadap ketiga aspek tersebut sebagai landasan pembentukan pola pikir kritis, ilmiah, dan religius di kalangan peserta didik. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di MTs At-Tarbiyah KM5, filsafat berperan sebagai dasar reflektif dalam memahami kebenaran, ilmu menjadi sarana untuk memperoleh pengetahuan yang rasional dan empiris, sedangkan agama memberikan arah moral dan spiritual dalam penerapan ilmu tersebut. Sinergi antara ketiganya menciptakan keseimbangan antara rasionalitas, moralitas, dan spiritualitas dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, hubungan antara filsafat, ilmu, dan agama di lembaga ini berkontribusi signifikan terhadap pembentukan karakter dan wawasan keilmuan siswa.</p> <p><em>This study aims to analyze the relationship between philosophy, science, and religion in the educational context at MTs At-Tarbiyah KM5. This study is motivated by the importance of a holistic understanding of these three aspects as a foundation for the formation of critical, scientific, and religious thinking patterns among students. The research method used is descriptive qualitative with data collection techniques through observation, interviews, and documentation. The results of the study indicate that at MTs At-Tarbiyah KM5, philosophy plays a role as a reflective basis in understanding the truth, science becomes a means to obtain rational and empirical knowledge, while religion provides moral and spiritual direction in the application of that knowledge. The synergy between the three creates a balance between rationality, morality, and spirituality in the learning process. Thus, the relationship between philosophy, science, and religion in this institution contributes significantly to the formation of character and scientific insight of students.</em></p>Tiara Puspa TsurayyaKautsar Eka WardhanaYusnia Binti Kholifah
Hak Cipta (c) 2025 Perspektif Agama dan Identitas
2025-11-302025-11-301011KARAKTERISTIK STUDI ISLAM : PENDEKATAN YURIDIS
https://ojs.co.id/1/index.php/pai/article/view/3858
<p>Studi islam adalah upaya yang dibuat secara sistematis untuk mempelajari, memahami, dan mengkaji islam, meliputi ajaran, sejarah, dan praktik kehidupannya dengan tujuan untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman mendalam tentang islam. Sehingga, tujuan dari dibuatnya jurnal ini adalah untuk membantu mempermudah memahami studi islam secara rinci, terkhusus pada pendekatan yuridis yang membahas tentang pengertian islam berdasarkan hukum dan undang- undang, kajian teks Al-Qur’an dan hadis sebagai sumber hukum, serta implikasi pendekatan yuridis dalam manajemen pendidikan islam. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode literature review yaitu mendeskripsikan tentang karakteristik studi islam melalui pendekatan yuridis. Adapun kesimpulan pada penelitian ini adalah pendekatan yuridis pada manajemen pendidikan islam menempatkan pendidikan Islam sebagai elemen vital dalam membentuk individu yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki integritas moral dan rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap masyarakat dan agama.</p>Irwan SusantoArdiansyahEko Nursalim
Hak Cipta (c) 2025 Perspektif Agama dan Identitas
2025-11-302025-11-301011ILMU I’JAZ AL-QUR’AN
https://ojs.co.id/1/index.php/pai/article/view/3850
<p>Ilmu I’jaz Al-Qur’an merupakan disiplin ilmu yang mengkaji aspek-aspek kemukjizatan Al-Qur’an dari berbagai sudut, baik bahasa, sastra, maupun kandungan maknanya. Penelitian ini bertujuan menjelaskan konsep dasar i’jaz, jenis-jenis mukjizat Al-Qur’an, serta relevansi kajian i’jaz dalam konteks perkembangan ilmu pengetahuan modern. Melalui pendekatan studi pustaka, penelitian ini menyoroti bagaimana kemukjizatan Al-Qur’an tidak hanya berada pada keindahan bahasanya, tetapi juga pada ketepatan informasi ilmiah, konsistensi pesan, dan pengaruh spiritualnya terhadap manusia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman terhadap Ilmu I’jaz Al-Qur’an dapat memperkuat keyakinan, memperluas wawasan ilmiah, serta membuka ruang dialog antara agama dan ilmu pengetahuan kontemporer.</p> <p><em>The science of I’jaz Al-Qur’an examines the miraculous nature of the Qur’an from various perspectives, including its linguistic, literary, and conceptual dimensions. This study aims to explain the fundamental concepts of i’jaz, the types of Qur’anic miracles, and the relevance of i’jaz studies in the context of modern scientific development. Using a literature review approach, this research highlights that the miraculous aspects of the Qur’an are not only found in its linguistic beauty but also in its scientific accuracy, consistency of message, and its profound spiritual impact on individuals. The findings show that understanding the science of I’jaz Al-Qur’an can strengthen faith, broaden scientific insight, and foster dialogue between religion and contemporary science.</em></p>Mutia RayaSyarifah Dalila KhairaHasanahZainal IlmiAkhmad Dasuki
Hak Cipta (c) 2025 Perspektif Agama dan Identitas
2025-11-302025-11-301011PEMIKIRAN EDIP YUKSEL TENTANG KESETARAAN GENDER DI RUANG PUBLIK DALAM QURAN A REFORMIST TRANSLATION
https://ojs.co.id/1/index.php/pai/article/view/3821
<p>Isu kesetaraan gender merupakan salah satu problem utama dalam wacana keislaman kontemporer yang terus memunculkan perdebatan, terutama mengenai hak dan peran perempuan di ruang publik. Dalam konteks ini, muncul pemikir reformis seperti Edip Yuksel yang berupaya melakukan pembacaan ulang terhadap teks Al-Qur’an melalui Quran: A Reformist Translation. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pemikiran Edip Yuksel mengenai kesetaraan gender di ruang publik serta relevansinya terhadap interpretasi kontemporer Al-Qur’an. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan kepustakaan (library research) dan analisis deskriptif-komparatif terhadap karya-karya Yuksel dan literatur tafsir kontemporer lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Edip Yuksel menolak bias patriarki dalam penafsiran tradisional dan menawarkan pendekatan hermeneutik yang menekankan konteks historis, linguistik, serta nilai-nilai keadilan universal dalam Al-Qur’an. Melalui penerjemahan progresif terhadap ayat-ayat yang berkaitan dengan relasi gender, Yuksel menegaskan bahwa Al-Qur’an menjunjung prinsip kesetaraan, partisipasi, dan tanggung jawab bersama antara laki-laki dan perempuan dalam kehidupan publik. Pemikiran ini memberikan kontribusi penting bagi pengembangan tafsir kontemporer yang lebih inklusif serta relevan dengan tuntutan keadilan sosial dan gender di era modern.</p> <p><em>Isu kesetaraan gender merupakan salah satu problem utama dalam wacana keislaman kontemporer yang terus memunculkan perdebatan, terutama mengenai hak dan peran perempuan di ruang publik. Dalam konteks ini, muncul pemikir reformis seperti Edip Yuksel yang berupaya melakukan pembacaan ulang terhadap teks Al-Qur’an melalui Quran: A Reformist Translation. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pemikiran Edip Yuksel mengenai kesetaraan gender di ruang publik serta relevansinya terhadap interpretasi kontemporer Al-Qur’an. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan kepustakaan (library research) dan analisis deskriptif-komparatif terhadap karya-karya Yuksel dan literatur tafsir kontemporer lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Edip Yuksel menolak bias patriarki dalam penafsiran tradisional dan menawarkan pendekatan hermeneutik yang menekankan konteks historis, linguistik, serta nilai-nilai keadilan universal dalam Al-Qur’an. Melalui penerjemahan progresif terhadap ayat-ayat yang berkaitan dengan relasi gender, Yuksel menegaskan bahwa Al-Qur’an menjunjung prinsip kesetaraan, partisipasi, dan tanggung jawab bersama antara laki-laki dan perempuan dalam kehidupan publik. Pemikiran ini memberikan kontribusi penting bagi pengembangan tafsir kontemporer yang lebih inklusif serta relevan dengan tuntutan keadilan sosial dan gender di era modern.</em></p>Muhammad Nabil Muallif
Hak Cipta (c) 2025 Perspektif Agama dan Identitas
2025-11-302025-11-301011METODE CERAMAH, DISKUSI, SIMULASI, DAN DEMONTRASI
https://ojs.co.id/1/index.php/pai/article/view/3909
<p>Makalah ini membahas berbagai metode pembelajaran yang sering digunakan dalam proses pendidikan, khususnya dalam konteks pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Tujuan utama penulisan ini adalah untuk memahami konsep, kelebihan, dan kekurangan dari empat metode pembelajaran utama, yaitu metode ceramah, diskusi, demonstrasi, dan simulasi. Keempat metode tersebut memiliki peran penting dalam menciptakan pembelajaran yang efektif, aktif, dan bermakna. Metode ceramah menekankan pada penyampaian informasi secara sistematis, metode diskusi mendorong siswa berpikir kritis dan berpartisipasi aktif, metode demonstrasi menghadirkan pengalaman belajar konkret melalui pengamatan langsung, sedangkan metode simulasi memberikan pengalaman belajar yang menyerupai kondisi nyata untuk melatih keterampilan dan pengambilan keputusan. Dengan memahami karakteristik masing-masing metode, guru dapat mengombinasikan penggunaannya agar saling melengkapi dan menutupi kekurangan satu sama lain. Hasil kajian menunjukkan bahwa pemilihan metode yang tepat dan kontekstual mampu meningkatkan motivasi, keterlibatan, serta hasil belajar siswa secara optimal.</p>Mardiah AstutiFajri IsmailElin MonikaGibran Muhamad AvechenaRisna Lika AmeliaArtia Kasuni
Hak Cipta (c) 2025 Perspektif Agama dan Identitas
2025-11-302025-11-301011BLENDED LEARNING KURIKULUM BERBASIS CINTA PADA MADRASAH IBTIDAIYAH
https://ojs.co.id/1/index.php/pai/article/view/3852
<p>Perkembangan teknologi pendidikan sejak satu dekade terakhir telah mempercepat transformasi metode pembelajaran, termasuk pada jenjang Madrasah Ibtidaiyah (MI). Sejak tahun 2010-an, blended learning mulai diadaptasi sebagai model pembelajaran yang menggabungkan keunggulan tatap muka dan pembelajaran berbasis digital. Pada saat yang sama, pendidikan karakter juga mengalami penguatan melalui berbagai kurikulum nasional maupun pendekatan pedagogis humanistik, yang menekankan nilai-nilai kasih sayang, empati, penghargaan, dan budi pekerti sebagai fondasi perkembangan anak. Artikel ini mengkaji bagaimana blended learning dapat diintegrasikan dengan kurikulum berbasis cinta (love-based curriculum) sebagai pendekatan penguatan karakter bagi siswa MI. Penelitian menggunakan kajian literatur dari berbagai sumber yang terbit dalam rentang 2010–2015, dipadukan dengan analisis kontemporer mengenai kebutuhan pembelajaran holistik di MI. Hasil analisis menunjukkan bahwa: (1) blended learning pada awal dekade 2010 telah terbukti meningkatkan motivasi, fleksibilitas belajar, dan interaksi siswa-guru; (2) pendekatan berbasis cinta berperan dalam menciptakan suasana belajar yang aman secara emosional dan mendorong perkembangan karakter positif; (3) integrasi keduanya berpotensi menghasilkan model pembelajaran yang seimbang antara kebutuhan akademik dan afektif, terutama bagi siswa usia dini di MI. Artikel ini merekomendasikan desain blended learning yang memperhatikan kehangatan relasi pedagogis, dukungan keluarga, kesiapan guru, serta penggunaan teknologi yang ramah anak sebagai fondasi implementasi kurikulum berbasis cinta di Madrasah Ibtidaiyah.</p> <p><em>The development of educational technology over the past decade has accelerated the transformation of learning methods, including at the Madrasah Ibtidaiyah (Islamic elementary school) level. Since the early 2010s, blended learning has been increasingly adopted as an instructional model that combines the strengths of face-to-face interaction and digital learning platforms. During the same period, character education also gained significant emphasis through national curricula and humanistic pedagogical approaches that highlight values such as compassion, empathy, respect, and emotional safety as the foundation of children’s character formation. This article examines how blended learning can be integrated with a love-based curriculum as a character-building approach for Madrasah Ibtidaiyah students. This study employs a literature review drawing on sources published between 2010 and 2015, combined with a contemporary analysis of the holistic learning needs of young learners in Islamic elementary schools. The findings indicate that: (1) blended learning in the early 2010s was shown to enhance student motivation, flexibility, and teacher–student interaction; (2) love-based approaches contribute to creating emotionally safe learning environments and fostering positive character development; (3) integrating both approaches offers the potential for a balanced instructional model that supports academic as well as affective needs of MI students. This article recommends a blended learning design that emphasizes warm pedagogical relationships, family involvement, teacher readiness, and child-friendly technology as key components in implementing a love-based curriculum in Madrasah Ibtidaiyah.</em></p>Vivian Sabrina Lana LalitaYuyutlestariAhmad ZainuriFrika Fatimah Zahra
Hak Cipta (c) 2025 Perspektif Agama dan Identitas
2025-11-302025-11-301011MENEMUKAN NILAI-NILAI AKIDAH DALAM Q.S. AL-IKHLAS DAN AYAT KURSI: PENDEKATAN TEMATIK TERHADAP KONSEP KEIMANAN ISLAM
https://ojs.co.id/1/index.php/pai/article/view/3844
<p><em>Penelitian ini bertujuan menemukan nilai-nilai akidah dalam Q.S. Al-Ikhlas dan Ayat Kursi (Q.S. Al-Baqarah: 255) melalui pendekatan tematik terhadap konsep keimanan Islam. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan studi kepustakaan berdasarkan Al-Qur’an, tafsir, dan jurnal ilmiah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Surah Al-Ikhlas menegaskan esensi tauhid uluhiyyah, rububiyyah, dan asma’ wa sifat, sedangkan Ayat Kursi menggambarkan keesaan dan kekuasaan Allah yang meliputi seluruh alam semesta. Kedua ayat tersebut saling melengkapi dalam menjelaskan konsep keimanan yang menyeluruh, baik secara teoretis maupun praktis. Kesimpulannya, nilai-nilai akidah dalam kedua ayat ini menjadi fondasi pembentukan keimanan yang rasional, spiritual, dan aplikatif dalam kehidupan seorang Muslim.</em></p>Khairani Salsa BellahHanifah AzzahraAli Akbar
Hak Cipta (c) 2025 Perspektif Agama dan Identitas
2025-11-302025-11-301011