HAMBATAN KOMUNIKASI PEMILIK KOS DENGAN PENYEWA KOS DI KUBANG PUTIH AGAM

Penulis

  • Neli Amelia Universitas Islam Negeri Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi
  • Nunu Burhanuddin Universitas Islam Negeri Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi

Kata Kunci:

Komunikasi, Hambatan Komunikasi, Kos-Kosan, Hubungan Pemilik dan Penyewa, Kubang Putih

Abstrak

"Communication Barriers Between Boarding House Owners and Boarding House Tenants in Kubang Putih Agam" is the title of the journal. Neli Amelia, NIM. 4321054, author. Sjech M. Djamil, Faculty of Ushuluddin Adab and Da'wah, Djambek State Islamic University Bukittinggi, Islamic Communication and Broadcasting Study Program. The purpose of this research is to determine and examine the communication hurdles that exist in Kos Devi, Nagari Kubang Putih, Agam Regency, between boarding house owners and renters. The high social dynamics of boarding house living, which includes close contact between owners and tenants from diverse cultural, socioeconomic, and geographic backgrounds, serves as the study's backdrop. In this situation, maintaining harmony and averting conflict mostly depends on effective communication. Reality, however, revealed a number of communication hurdles that caused ease and miscommunication between the two sides. This research combines a descriptive technique with a qualitative approach. Techniques for gathering data include documentation, in-depth interviews, and observation. Jorong chiefs, local youth leaders, boarding house proprietors, and renters make up the research informants. The phases of data reduction, data presentation, and conclusion drafting were used in the data analysis process. The study's findings demonstrated that semantic, psychological, cultural, technological, and framework limitations were among the communication obstacles that existed. Uncertain messages, like "curfew" rules, created semantic barriers; tenants' fear of voicing their opinions created psychological barriers; owners' and tenants' differing values and norms created cultural barriers; the lack of official channels of communication, such as boarding house information groups, created technical barriers; and disparities in comprehension of the message's contents created framework barriers. These obstacles affect rule breaking, interpersonal disputes, and deteriorating living standards. This research came to the conclusion that poor communication might cost both parties emotionally and socially. Therefore, in order to create harmonious relationships and a boarding house atmosphere that is appropriate to the tenant's background, it is vital to develop regular, open, and adaptable interpersonal communication.

 

Jurnal ini berjudul “Hambatan Komunikasi Pemilik Rumah Kos Dengan Penghuni Rumah Kos Di Kubang Putih Agam”. Neli Amelia, NIM. 4321054, penulis. Sjech M. Djamil, Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah, Universitas Islam Negeri Djambek Bukittinggi, Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengkaji hambatan komunikasi yang terjadi di Kos Devi, Nagari Kubang Putih, Kabupaten Agam, antara pemilik rumah kos dengan penghuninya. Dinamika sosial kehidupan rumah kos yang tinggi, yang meliputi interaksi yang erat antara pemilik dan penghuni yang berasal dari latar belakang budaya, sosial, dan geografis yang beragam, menjadi dasar penelitian ini. Dalam situasi ini, menjaga hubungan yang harmonis dan mencegah konflik sangat bergantung pada komunikasi yang efektif. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan adanya sejumlah hambatan komunikasi yang menimbulkan keresahan dan miskomunikasi antara kedua belah pihak. Penelitian ini memadukan teknik deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data meliputi dokumentasi, wawancara mendalam, dan observasi. Tokoh pemuda setempat, pemilik rumah kos, penyewa, dan kepala jorong menjadi informan penelitian. Tahapan reduksi data, penyajian data, dan penyusunan kesimpulan digunakan dalam proses analisis data. Temuan penelitian menunjukkan bahwa keterbatasan semantik, psikologis, budaya, teknologi, dan kerangka kerja merupakan hambatan komunikasi yang ada. Pesan yang tidak pasti, seperti aturan "jam malam", menciptakan hambatan semantik; ketakutan penyewa untuk menyuarakan pendapat mereka menciptakan hambatan psikologis; perbedaan nilai dan konvensi pemilik dan penyewa menciptakan hambatan budaya; kurangnya saluran komunikasi resmi, seperti kelompok informasi rumah kos, menciptakan hambatan teknis; dan perbedaan dalam pemahaman isi pesan menciptakan hambatan kerangka kerja. Hambatan ini memengaruhi pelanggaran aturan, perselisihan interpersonal, dan penurunan kenyamanan hidup. Penelitian ini sampai pada kesimpulan bahwa komunikasi yang buruk dapat merugikan kedua belah pihak secara emosional dan sosial. Oleh karena itu, untuk menciptakan hubungan yang harmonis dan suasana rumah kos yang sesuai dengan latar belakang penyewa, sangat penting untuk mengembangkan komunikasi interpersonal yang teratur, terbuka, dan mudah beradaptasi.

Unduhan

Diterbitkan

2025-09-30