TASAWUF ISLAM : LANDASAN EPISTEMOLOGI DAN INTEGRASI BUDAYA DALAM KONTEKS NUSANTARA

Penulis

  • Amelia UIN Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi
  • Nunu Burhanuddin UIN Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi

Kata Kunci:

Tasawuf, Epistemologi, Muraqabah, Nusantara, Zikir, Intuisi, Integrasi Budaya

Abstrak

Tasawuf merupakan dimensi spiritual dalam Islam yang berakar pada Al-Qur'an dan Sunnah, serta bertujuan mendekatkan manusia kepada Allah SWT melalui pembersihan hati dan penyucian jiwa. Dalam sejarahnya, tasawuf berkembang sebagai reaksi terhadap kehidupan duniawi yang materialistis, dengan penekanan pada aspek moral dan spiritual. Meskipun berlandaskan ajaran Islam, beberapa orientalis seperti Massignon dan Jones berpendapat bahwa tasawuf dipengaruhi oleh filsafat Neo-Platonisme, Zoroastrianisme, dan agama Hindu. Studi ini bertujuan untuk menganalisis perkembangan tasawuf, sumber-sumber epistemologinya, serta integrasinya dalam budaya Nusantara. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan literatur dan tafsir. Data dianalisis berdasarkan sumber-sumber primer seperti Al-Qur'an, Hadis, dan karya ulama klasik, serta literatur sekunder yang relevan. Metode tafsir yang digunakan adalah Tafsir Muqarran, dengan membandingkan berbagai interpretasi untuk mendalami prinsip tasawuf. Selain itu, pendekatan historis digunakan untuk melacak perkembangan tasawuf dari fase awal hingga penerapannya di Nusantara. Penelitian ini menemukan bahwa tasawuf memiliki dua sumber utama: sumber internal yang mencakup Al-Qur'an, Hadis, dan praktik Nabi Muhammad SAW, serta sumber eksternal dari tradisi agama lain. Di Indonesia, tasawuf berkembang melalui jalur perdagangan, peran Wali Songo, dan kerajaan Islam seperti Aceh dan Demak, dengan integrasi budaya lokal seperti seni dan tradisi Jawa. Dalam epistemologi, tasawuf menggabungkan akal (rasional) dan intuisi (spiritual), menghasilkan pengetahuan melalui wahyu, introspeksi, dan pengalaman batin.

Sufism is a spiritual dimension in Islam rooted in the Qur'an and Sunnah, aimed at bringing individuals closer to Allah SWT through purification of the heart and soul. Historically, Sufism developed as a reaction to materialistic worldly life, emphasizing moral and spiritual aspects. Although based on Islamic teachings, some orientalists such as Massignon and Jones argue that Sufism was influenced by Neoplatonism, Zoroastrianism, and Hinduism. This study aims to analyze the development of Sufism, its epistemological sources, and its integration into Nusantara culture. This research employs a qualitative method with a literature and interpretative approach. Data were analyzed based on primary sources such as the Qur'an, Hadith, and classical Islamic scholars' works, along with relevant secondary literature. The interpretative method used is Tafsir Muqarran, comparing various interpretations to explore the principles of Sufism. Additionally, a historical approach was employed to trace the evolution of Sufism from its early stages to its application in Nusantara. The study found that Sufism has two main sources: internal sources, including the Qur'an, Hadith, and the practices of Prophet Muhammad SAW, and external sources from other religious traditions. In Indonesia, Sufism developed through trade routes, the role of Wali Songo, and Islamic kingdoms such as Aceh and Demak, integrating with local cultures like Javanese arts and traditions. In its epistemology, Sufism combines reason (rational) and intuition (spiritual), producing knowledge through revelation, introspection, and inner experiences.  

Unduhan

Diterbitkan

2024-12-30