TAREKAT DI INDONESIA

Penulis

  • Ahmad Junaedi Universitas Singaperbangsa Karawang
  • Nurachman Ramadhan Universitas Singaperbangsa Karawang
  • Siti Habibah Mutiah Universitas Singaperbangsa Karawang

Kata Kunci:

Tarekat, Pendidikan Spiritual, Tasawuf

Abstrak

Tarekat, yang berasal dari kata Arab "thariqah", yang berarti "jalan atau cara," adalah jalan spiritual yang ditempuh oleh para sufi untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Panduan ini dimulai oleh Nabi Muhammad SAW, dan diikuti oleh para sahabat dan generasi berikutnya. Selain itu, tarekat berkembang menjadi metode pengajaran rohani yang berfungsi sebagai sistem pendidikan jiwa, membersihkan jiwa dari sifat tercela dan mengisi jiwa dengan sifat terpuji melalui zikir, wirid, dan teknik tertentu. Historisnya, tarekat pertama kali muncul di Persia pada abad ke-9 M, dengan salah satu bentuk awalnya bernama Tarekat Thayifuriyah yang dikaitkan dengan Abu Yazid al-Busthami. Kemudian, pada abad ke-12 M, tarekat berkembang pesat di berbagai wilayah Islam, terutama setelah kehancuran Bagdad pada tahun 1212. terutama setelah Bagdad runtuh pada tahun 1258 M, menjadikan tarekat menjadi salah satu penopang semangat Islam di tengah serbuan Tartar. Di antara tarekat-tarekat yang muncul, beberapa yang paling terkenal adalah Tarekat Qadiriyah, Tarekat Naqsyabandiyah, Tarekat Syadziliah, Tarekat Rifaiyah, dan Tarekat Syattariyah. Setiap tarekat memiliki metode dan karakteristik yang unik. Tarekat memainkan peran penting dalam menyebarkan dan mengadaptasi Islam di Indonesia, terutama melalui pendekatan yang ramah dan nilai-nilai yang sesuai dengan budaya lokal. Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah, yang didirikan oleh Syekh Ahmad Khatib as-Sambasi, adalah salah satu tarekat yang paling terkenal. Tapi tarekat menghadapi tantangan di era modern, seperti yang dilakukan oleh para pembaharu Islam seperti Ibnu Taimiyah, yang mengkritik praktik-praktik yang dianggap menyimpang. Selain itu, sikap fatalisme dan taqlid juga merupakan penyebab mendasar dari tarekat dan mengandalkan terlalu banyak pada ritual tanpa mempertimbangkan penelitian ilmiah. Secara keseluruhan, tarekat bertujuan untuk membantu orang mencapai kedekatan spiritual dengan Allah SWT melalui pembersihan jiwa, peningkatan kualitas spiritual, dan pengamalan sunnah Rasulullah secara teratur. Tarekat tetap menjadi bagian penting dari tradisi tasawuf dengan berbagai metode seperti wirid, menari, dan zikir. Namun, mereka menghadapi tantangan di era modern.

Tarekat, which comes from the Arabic word "thariqah", which means "path or way," is a spiritual path taken by Sufis to get closer to Allah SWT. This guide was started by the Prophet Muhammad SAW, and followed by his companions and subsequent generations. In addition, tarekat developed into a spiritual teaching method that functions as a system of soul education, cleansing the soul from despicable traits and filling the soul with praiseworthy traits through dhikr, wirid, and certain techniques. Historically, tarekat first appeared in Persia in the 9th century AD, with one of its early forms called Tarekat Thayifuriyah which was associated with Abu Yazid al-Busthami. Then, in the 12th century AD, tarekat developed rapidly in various Islamic regions, especially after the destruction of Baghdad in 1212. especially after Baghdad fell in 1258 AD, making tarekat one of the pillars of Islamic spirit in the midst of the Tartar invasion.  Among the tariqas that emerged, some of the most famous are the Qadiriyah, Naqsyabandiyah, Syadziliah, Rifaiyah, and Syattariyah. Each tariqa has its own unique methods and characteristics. The tariqa played an important role in spreading and adapting Islam in Indonesia, especially through a friendly approach and values that are in accordance with local culture. The Qadiriyah wa Naqsyabandiyah, founded by Sheikh Ahmad Khatib as-Sambasi, is one of the most famous tariqas. But the tariqa faced challenges in the modern era, such as those carried out by Islamic reformers such as Ibn Taymiyyah, who criticized practices that were considered deviant. In addition, fatalism and taqlid attitudes were also the underlying causes of the tariqa. and relying too much on rituals without considering scientific research. Overall, the tariqa aims to help people achieve spiritual closeness to Allah SWT through cleansing the soul, improving spiritual qualities, and practicing the sunnah of the Prophet regularly.  The Sufi orders remain an important part of the Sufi tradition with various methods such as wirid, dancing, and dhir. However, they face challenges in the modern era.

Unduhan

Diterbitkan

2024-11-29