https://ojs.co.id/1/index.php/jshi/issue/feedJurnal Studi Humaniora Interdisipliner2025-08-30T17:33:15+00:00Open Journal Systemshttps://ojs.co.id/1/index.php/jshi/article/view/3612THE TRANSLATION ANALYSIS OF ENGLISH IDIOMATIC EXPRESSIONS IN THE ADOLESCENCE SERIES BASED ON MONA BAKER’S STRATEGIES2025-08-13T10:21:37+00:00Angeli Virginia Agustin[email protected]Intan Firdaus[email protected]<p>Penelitian ini mengkaji strategi yang digunakan dalam menerjemahkan ungkapan idiomatis ke dalam teks terjemahan takarir bahasa Indonesia pada serial drama remaja Adolescence dengan menerapkan kerangka non-ekivalensi pada tingkat kata dari Mona Baker (1992). Idiom, yang sering bersifat spesifik budaya dan memiliki makna metaforis, menghadirkan tantangan signifikan dalam penerjemahan takarir karena maknanya yang kiasan serta tidak memiliki padanan langsung. Dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, penelitian ini mengidentifikasi dan menganalisis 66 ungkapan idiomatis yang ditemukan dalam empat episode serial tersebut. Temuan penelitian menunjukkan bahwa parafrasa (75,76%) merupakan strategi yang paling banyak digunakan, diikuti oleh penggunaan idiom dengan makna serupa namun bentuk berbeda (19,70%) dan penghilangan sebagian idiom (1,52%). Strategi peminjaman dan penghilangan total tidak ditemukan dalam data, yang menunjukkan bahwa transfer langsung atau penghapusan keseluruhan idiom umumnya dihindari dalam konteks ini. Hasil ini mengindikasikan bahwa penerjemah takarir memprioritaskan kejelasan makna, kewajaran bahasa, dan kesesuaian budaya dalam menerjemahkan idiom, dengan memilih strategi adaptif yang mampu mempertahankan makna sekaligus memenuhi keterbatasan teknis produksi takarir. Penelitian ini memberikan kontribusi pada diskusi yang lebih luas dalam studi penerjemahan terkait cara mempertahankan, memodifikasi, atau menghilangkan makna idiomatis dalam penerjemahan takarir, khususnya pada media yang ditujukan untuk remaja, di mana keaslian bahasa dan pemahaman audiens menjadi aspek yang krusial.</p> <p><em>This study investigates the strategies used in translating idiomatic expressions into Indonesian subtitles in the youth drama series Adolescence, applying Mona Baker’s (1992) framework of non-equivalence at the word level. Idioms, which are often culturally specific and metaphorical in nature, present significant challenges in subtitle translation due to their figurative meanings and lack of direct equivalents. Using a qualitative descriptive approach, this research identifies and analyzes 66 idiomatic expressions found in four episodes of the series. The findings reveal that paraphrasing (75.76%) is the most frequently applied strategy, followed by using idioms with similar meaning but different form (19.70%) and partial omission (1.52%). Both borrowing and complete omission were not found in the dataset, suggesting that direct transfer or full removal of idioms is generally avoided in this context. These results indicate that subtitlers prioritize clarity, naturalness, and cultural appropriateness when translating idioms, opting for adaptive strategies that preserve meaning while meeting the technical constraints of subtitle production. The study contributes to broader discussions in translation studies on how idiomatic meaning is preserved, modified, or omitted in subtitle translation, particularly in youth-oriented media where linguistic authenticity and audience comprehension are critical.</em></p>2025-08-30T00:00:00+00:00Hak Cipta (c) 2025 Jurnal Studi Humaniora Interdisiplinerhttps://ojs.co.id/1/index.php/jshi/article/view/3643ANALISIS STRUKTUR, MAKNA, DAN FUNGSI PUISI LISAN BINTENGI SEBAGAI TRADISI LOKAL MASYARAKAT GORONTALO2025-08-27T07:47:13+00:00Ikram Tuluki[email protected]Ellyana Hinta[email protected]Munkizul Umam Kau[email protected]<p>Puisi lisan Bintengi merupakan salah satu ragam sastra lisan Gorontalo yang masuk dalam kategori mantra atau bunito. Puisi lisan bintengi memiliki permainan rima yang tidak menentu sehingga dipercaya dapat membangitkan kekuatan gaib dan hal-hal yang bersifat magis. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) Struktur puisi lisan bintengi, (2) Makna puisi lisan bintengi, (3) Fungsi puisi lisan bintengi. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Metode ini memanfaatkan data kualitatif dan dijabarkan secara deskriptif. Metode ini dipakai untuk penelitian yang berfokus kepada kondisi objek yang alamiah. Data dikumpulkan melalui: (1) teknik dokumentasi teknik yang menggunakan dokumen-dokumen yang telah ada sebagai sumber informasi (2) wawancara merupakan teknik yang dilakukan untuk memperoleh informasi verbal dengan cara berbicara tatap muka dengan informan (3) teknik catat dilakukan dengan cara mencatat data dan informasi puisi lisan bintengi yang disampaikan informan. Hasil penelitian ini menunjukkan sembilan bait puisi lisan bintengi yang ditemukan yaitu, dua bait bintengi perlindungan raga, dua bait bintengi kekuatan, tiga bait bintengi disayangi, tiga bait bintengi polilungo. Terdapat tiga unsur struktur yang ditemukan pada puisi lisan bintengi yaitu: (1) unsur pembuka, (2) unsur sugesti, (3) unsur tujuan. Terdapat tiga bentuk makna yang ditemukan dalam puisi lisan bintengi yaitu: (1) makna denotasi, (2) makna konotasi, (3) makna referensial. Terdapat empat fungsi yang ditemukan dalam puisi lisan bintengi yaitu: (1) bintengi perlindungan diri/raga, (2) bintengi kekuatan, (3) bintengi disayangi, (4) bintengi polilungo. Kesimpulan, penelitian ini menemukan tiga unsur struktur yang terdapat pada puisi lisan bintengi seperti unsur pembuka, unsur sugesti, dan unsur tujuan. Makna tersebut meliputi makna denotasi, dan bentuk lainnya. Fungsi puisi lisan bintengi meliputi perlindungan, kekuatan, disayangi, dan polilungo.</p>2025-08-30T00:00:00+00:00Hak Cipta (c) 2025 Jurnal Studi Humaniora Interdisipliner