ANALISIS PENDEKATAN ARSITEKTUR BIOFILIK TERHADAP KESEHATAN MENTAL PENGGUNANYA: STUDI KONSEP PADA REVITALISASI EKS WONDERIA SEBAGAI WISATA EDUKASI BUDAYA DI KOTA SEMARANG

Penulis

  • Alvina Hasna Mufidah Ariadna UIN Walisongo Semarang
  • Nabil Zainul Fikri UIN Walisongo Semarang

Kata Kunci:

Kota Semarang, Kesehatan Mental, Arsitektur Biofilik

Abstrak

Sebagai salah satu kota metropolitan besar di Indonesia, tentu salah satu masalah yang dihadapi Kota Semarang adalah kesehatan mental masyarakatnya akibat kehidupan perkotaan yang penuh tekanan. Disisi lain, diketahui Kota Semarang memiliki site yang strategis namun terbengkalai, yaitu site eks-Wonderia. Sesuai dengan rencana pengembangan pemerintah Kota Semarang, timbul ide untuk memanfaatkan eks-Wonderia sebagai ruang publik yang mengintegrasikan ruang hijau dengan konsep wisata edukasi budaya berbasis arsitektur biofilik. Pendekatan arsitektur biofilik dalam revitalisasi ini bertujuan untuk menciptakan hubungan harmonis antara manusia dan alam, memberikan ruang yang mendukung kesehatan fisik dan mental bagi para pengunjung. Di tengah dinamika kehidupan kota yang intens, ruang yang menyatu dengan unsur alami ini diharapkan menjadi tempat "healing" bagi masyarakat, di mana mereka dapat meredakan stres dari hiruk-pikuk dan tekanan rutinitas.  Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif, dengan dasar penulisan yang mengacu pada konsep "14 Patterns of Biophilic Design" yang dikembangkan oleh Terrapin Bright Green. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan arsitektur biofilik efektif dalam menciptakan lingkungan yang menenangkan melalui elemen-elemen alami, seperti pencahayaan alami, vegetasi, elemen air, dan pola-pola alamiah. Penerapan arsitektur biofilik di eks-Wonderia berpotensi menjadi model ruang kota yang tidak hanya mendukung kesehatan dan kesejahteraan mental, tetapi juga mengembangkan apresiasi masyarakat terhadap alam dan budaya lokal.  Melalui penulisan ini, diharapkan dapat memberikan kontribusi keilmuan dalam pengembangan ruang kota yang mendukung kesehatan mental serta mengedukasi pembaca dan masyarakat luas mengenai pentingnya pendekatan arsitektur yang peduli pada kesejahteraan mental.

As one of the major metropolitan cities in Indonesia, Semarang faces mental health challenges among its residents due to the high-stress nature of urban life. On the other hand, Semarang has a strategically located yet neglected site, the former Wonderia amusement park. Aligned with the city government’s development plans, the idea emerged to repurpose ex-Wonderia as a public space integrating green areas with cultural educational tourism, based on a biophilic architectural concept. This biophilic approach in revitalization aims to foster a harmonious relationship between people and nature, offering a space that supports visitors' physical and mental health. Amidst the intensity of urban life, this nature-integrated space is expected to become a “healing” site for residents, allowing them to relieve stress from the city's bustling and pressured routines.  The research method employed is descriptive qualitative, with the framework based on the "14 Patterns of Biophilic Design" developed by Terrapin Bright Green. Findings indicate that biophilic architecture effectively creates a calming environment through natural elements, such as natural lighting, vegetation, water features, and organic patterns. Implementing biophilic design at ex-Wonderia has the potential to serve as a model urban space that not only promotes health and mental well-being but also cultivates a community appreciation for nature and local culture. This study aims to contribute academically to urban space development that supports mental health and to educate readers and the broader community on the importance of architectural approaches attentive to mental wellness.

Unduhan

Diterbitkan

2024-11-29