KOMUNIKASI SIMBOLIK MISTRESS GEN Z DALAM MEMBENTUK KONSEP DIRI
Kata Kunci:
Komunikasi Simbolik, Mistress, Gen Z, Konsep DiriAbstrak
Komunikasi simbolik menjadi bentuk yang digunakan untuk memperkuat interaksi, komunikasi simbolik sering digunakan beberapa orang dengan maksud sebagai kode atau simbol yang ingin disampaikan, seperti seorang mistress yakni istilah bagi wanita simpanan yang berkomunikasi dengan kekasihnya karena hubungan yang perlu disembunyikan tentunya hal ini membuat mistress menggunakan komunikasi simbolik untuk berinteraksi, tidak jarang mistress berasal dari generasi z yang memang membentuk konsep dirinya menjadi seorang mistress dikarenakan beberapa faktor. Di jakarta mistress sudah tidak asing lagi untuk ditemukan terutama di jakarta selatan dikarenakan jakarta selatan sangat menjadi sorotan yang dikenal sebagai gaya hidup serta lingkungan yang tinggi dan cukup negatif, hal ini dapat dilihat dari grafik perbandingan jakarta selatan dengan jakarta lainnya. Untuk memenuhi penelitian ini, peneliti melakukan wawancara mendalam terhadap 5 informan yang merupakan seorang mistress berdasarkan pengalamannya masing-masing serta didukung oleh teori interaksional simbolik george herbert mead sehingga dapat memperkuat hasil penelitian dan peneliti dapat memperoleh konsep diri yang membentuk para mistress gen z tersebut.
Symbolic communication serves as a form used to strengthen interaction. It is often employed by individuals as a means of conveying messages through codes or symbols. For instance, a mistress—defined as a woman involved in a secret relationship with a man—frequently uses symbolic communication when interacting with her partner, as the nature of the relationship requires secrecy.
Many mistresses today come from Generation Z, who often shape their self-concept into that of a mistress due to various influencing factors. In Jakarta, particularly in South Jakarta, the presence of mistresses is no longer uncommon. South Jakarta has become a focal point, known for its high-profile lifestyle and socially negative environment. This can be observed in comparative data between South Jakarta and other areas of Jakarta. To support this research, the researcher conducted in-depth interviews with five informants, all of whom are mistresses sharing their personal experiences. The study is supported by George Herbert Mead’s theory of symbolic interactionism, which reinforces the research findings and helps uncover the self-concept formation among Generation Z mistresses.