https://ojs.co.id/1/index.php/jka/issue/feedJurnal Kesehatan Afinitas2024-10-31T03:09:38+00:00Open Journal Systemshttps://ojs.co.id/1/index.php/jka/article/view/2074HUBUNGAN RESPONSE TIME PELAYANAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI IGD RSUD LIMPUNG2024-10-27T04:47:41+00:00Teguh Setiyarsoteguhsetiyarso310@gmail.comNurul Alfian Diansyahdiansyahnurulafyan@gmail.comPrihadiprihadiadi80@gmail.com<p>Pelayanan kegawatdaruratan merupakan salah satu hak asasi manusia. Dilakukan dengan waktu tanggap yang cepat dan tepat, dihitung sejak awal pasien datang sampai dilakukan penanganan. Kategori waktu tanggap yang cepat adalah zero minute response. Adapun kepuasan pasien menurut model kebutuhan adalah suatu keadaan dimana kebutuhan, keinginan dan harapan pasien dapat dipenuhi melalui produk atau jasa yang dikonsumsi. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah hubungan response time pelayanan dengan tingkat kepuasan pasien di IGD RSUD Limpung. Kemudian secara khusus mempunyai tiga tujuan yaitu untuk mengidentifikasi response time pelayanan, mengidentifikasi tingkat kepuasan pasien dan menganalisa hubungan response time pelayanan dengan tingkat kepuasan pasien di IGD RSUD Limpung. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan desain penelitian observasional analitik. Teknik sampling yang digunakan adalah accidental sampling yang merupakan cara pengambilan sampel dengan mengambil responden yang kebetulan ada, jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 60 responden. Berdasarkan hasil analisa dengan menggunakan uji statistik Chi Square dengan program SPSS versi 24 didapatkan nilai signifikansi (Asymp. Sig) = 0,029 < α = 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti ada hubungan antara response time pelayanan dengan tingkat kepuasan pasien di IGD RSUD Limpung. Response time pelayanan di IGD RSUD Limpung dengan kategori baik sebanyak 42 responden (70,0%), sedangkan pada kategori kurang baik sebanyak 18 responden (30,0%). Tingkat kepuasan pasien di IGD RSUD Limpung menunjukkan sebanyak 8 responden (13,3%) kurang puas, 45 responden (75,0%) puas dan sebanyak 7 responden (11,7%) sangat puas.</p>2024-10-31T00:00:00+00:00Hak Cipta (c) 2024 Jurnal Kesehatan Afinitashttps://ojs.co.id/1/index.php/jka/article/view/2003HUBUNGAN KOMITMEN ORGANISASI DENGAN DISIPLIN KERJA PADA PEGAWAI NON MEDIS DI RSI SITI HAJAR SIDOARJO TAHUN 20242024-10-04T05:38:22+00:00Ayunir Rosidaayunirrosida123@gmail.comAnis Tri Sugiyartiatsugiyarti@gmail.comM. Malik Ibrahimmochammad.malik.ibrahim@gmail.com<p>Disiplin kerja menjadi salah satu permasalahan harus di tangani bagi setiap organisasi RS. Rendahnya angka disiplin bekerja dapat mempengaruhi pencapaian tujuan dari suatu RS, berdasarkan hasil studi pendahuluan sebagian besar pegawai datang dengan tidak tepat waktu serta masih banyak belum mencapai target kinerja pegawai. Komitmen organisasi adalah bentuk tanggung jawab setiap pegawai terhadap kewajibannya sehingga dapat meningkatkan kedisiplinan bekerja. Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan komitmen organisasi dengan disiplin kerja pada pegawai non medis di RSI Siti Hajar Sidoarjo Tahun 2024. Penelitian menggunakan metode kuantitatif dengan jenis korelasional. Populasi penelitian adalah pegawai non medis RSI Siti Hajar Sidoarjo berjumlah 151 pegawai. Menggunakan teknik simple random sampling dengan total sampel 110 pegawai. Instrumen pada penelitian berupa kuesioner. Analisis data menggunakan uji korelasi rank spearman. Hasil penelitian diperoleh komitmen organisasi dengan kategori tinggi sebesar 16,4% (18 responden). Pegawai dengan komitmen organisasi sedang sebesar 70,9% (78 responden) dan rendah sebesar 12,7% (14 responden). Disiplin kerja dengan kategori tinggi sebesar 12,7% (14 responden). Pegawai dengan disiplin kerja sedang sebesar 80% (88 responden) dan rendah 7,3% (8 responden) dengan nilai P Value 0,000 < a 0,005. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara komitmen organisasi dengan disiplin kerja pada pegawai non medis di RSI Siti Hajar Sidoarjo.</p>2024-10-31T00:00:00+00:00Hak Cipta (c) 2024 Jurnal Kesehatan Afinitashttps://ojs.co.id/1/index.php/jka/article/view/1987STATUS GIZI BERDASARKAN INDEKS MASSA TUBUH WANITA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN PEREMPUAN KELAS II A KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 20242024-09-30T11:50:30+00:00Dyah Ayu Siti Utari PramasastiDsitiutari@gmail.comWayan AryawatiAryawati1965@yahoo.comNurul AryastutiNurul@malahayati.ac.id<p>Proporsi obesitas pada orang dewasa sejak tahun 2007 sampai 2018 mengalami peningkatan. Kegemukan dapat menimbulkan beberapa penyakit seperti diabetes, hipertensi, dan berbagai penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, stroke, dan beberapa jenis kanker. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik status gizi wanita berdasarkan indeks massa tubuh di lembaga pemasyarakatan perempuan kelas II A Kota Bandar Lampung. Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional. Populasi dan sampel pada penelitian ini 223 orang. Berlokasi di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Kota Bandar Lampung dengan menggunakan kuesioner sebagai intrumen penelitian. Analisis data dengan analisis univariat. Hasil uji univariat bahwa status gizi normal 118 (52.5%) dan tidak normal 105 (47.1%), terdapat riwayat penyakit 99 (44.4%) dan tidak memiliki riwayat penyakit 124 (55.6%), pengetahuan baik 179 (80.3%) dan pengetahuan buruk 44 (19.7%), usia ≥46 tahun 61 (27.4%) dan usia <46 tahun 162 (72.6%), aktifitas fisik baik 60 (26.9%) dan kurang baik 163 (73.1%), pola makan buruk 115 (51.6%) dan pola makan baik 108 (48.4%). Diharapkan adanya kegiatan pengecekan, pemantauan, dan konseling kesehatan rutin tiap bulannya untuk mengetahui riwayat penyakit yang diderita oleh warga binaan.</p> <p><em>The proportion of obesity in adults has increased since 2007 to 2018. Obesity can cause several diseases such as diabetes, hypertension, and various non-communicable diseases such as heart disease, stroke, and several types of cancer. This study aims to analyze the characteristics of women's nutritional status based on body mass index in Class IIA women's prison in Bandar Lampung City. The type of research used is quantitative with a cross-sectional approach. The population and sample in this study were 223 people. Located in the Class IIA Women's Prison in Bandar Lampung City using a questionnaire as a research instrument. Data analysis with univariate, bivariate (chi-square), and multivariate (logistic regression) analysis. The results of the univariate showed that the nutritional status was normal 118 (52.5%) and abnormal 105 (47.1%), there was a history of disease 99 (44.4%) and no history of disease 124 (55.6%), good knowledge 179 (80.3%) and poor knowledge 44 (19.7%), age ≥46 years 61 (27.4%) and age <46 years 162 (72.6%), good physical activity 60 (26.9%) and poor 163 (73.1%), poor diet 115 (51.6%) and good diet 108 (48.4%). Hopefully there will be routine health check-ups, monitoring, and counseling every month to find out the history of diseases.</em></p>2024-10-31T00:00:00+00:00Hak Cipta (c) 2024 Jurnal Kesehatan Afinitashttps://ojs.co.id/1/index.php/jka/article/view/2075PSEUDOPTERIGIUM AKIBAT NEVUS PALPEBRA – SEBUAH LAPORAN KASUS2024-10-27T06:56:52+00:00Talitha Zhafirahtalithatz3@gmail.comOktarina Nila Juwitaoktarinanila17@gmail.com<p>Pseudopterigium adalah perlengketan jaringan di konjungtiva non-progresif pada kornea perifer yang disebabkan oleh kerusakan kornea-limbus. Pseudo-pterigium dapat terjadi akibat ulkus kornea perifer dan peradangan permukaan mata seperti konjungtivitis sikatrik, luka bakar akibat bahan kimia, atau iritasi mekanis kronis. Pseudopterigium merupakan kondisi stasioner, sedangkan pterigium sejati merupakan penyakit degeneratif yang progresif. Bila lesi membesar hingga batas tertentu, maka pergerakan mata pasien pun akan terbatas, yang akan berdampak besar pada fungsi penglihatan pasien. Munculnya kondisi tersebut merupakan indikasi perlunya tindakan pembedahan. Laporan ini menyajikan kasus pseudopterigium pada seorang laki-laki umur 51 tahun yang disebabkan oleh nevus palpebra. Laporan ini juga memuat tinjauan pustaka singkat mengenai pseudopterigium dan tatalaksananya mengingat kurangnya penelitian dan pembahasan kasus pseudopterygium.</p>2024-10-31T00:00:00+00:00Hak Cipta (c) 2024 Jurnal Kesehatan Afinitashttps://ojs.co.id/1/index.php/jka/article/view/2056DETERMINAN KEJADIAN STATUS GIZI KURANG PADA BALITA BERDASARKAN SEGITIGA EPIDEMIOLOGI DI PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG2024-10-22T11:26:03+00:00Trivira Dekotyantitriviradekotyanti@gmail.comDessy Hermawanguest@ojs.co.idKhoidar Amirusguest@ojs.co.id<p>Kekurangan gizi dihubungkan dengan kekurangan vitamin mineral. Survei status Gizi Indonesia tahun 2022 prevalensi status gizi balita stunting 21,6%, wasting 7,7%, underweight 17,1%, dan overweight 3,5%. Jenis penelitian ini kuantitatif dilakukan dengan mengukur BB/TB balita dengan rancangan desain case control, untuk mencari hubungan faktor resiko terhadap status gizi dengan 172 responden, 43 kasus dan 129 kontrol di Puskesmas Rajabasa Indah, pengumpulan data primer questioner dan sekunder melihat buku KIA responden, kemudian dianalisis dengan analisa univariat, bivariat dan multivariate. Hasil penelitian kelompok kasus presentase gizi kurang lebih tinggi pada pendidikan rendah 72,1%, tidak asi Ekslusif 60,5%, BBL <2,5 kg 87,5%, riwayat infeksi 60%, tidak terpapar asap rokok 69,2%, sanitasi tinggal dilingkungan kotor 79,1%, sedangkan pada kelompok kontrol presentase gizi baik tinggi pada pendidikan tinggi 86%, riwayat asi ekslusif 60,5%, BBL >2,5 kg 85,1%, tidak terpapar infeksi 89,3%, paparan asap rokok 75,3%, sanitasi tinggal dilingkungan bersih 94,6%. Terdapat hubungan pendidikan ibu rendah (p= 0.001), Riwayat Pemberian Asi tidak ekslusif (p= 0,027), BBL <2,5 kg (p= 0,000), Riwayat terpapar Infeksi (p= 0,000), Sanitasi lingkungan kotor (p= 0,000) dengan status gizi kurang, Faktor resiko paling besar terhadap status gizi yaitu Sanitasi 82,292 pada balita yang tinggal di lingkungan kotor daripada lingkungan bersih. Saran bagi Puskesmas diharapkan lebih memperhatikan kebersihan di wilayah tersebut dan meningkatkan edukasi mengenai sanitasi, bagi peneliti selanjutnya bisa melakukan penelitian di posyandu yang diadakan dirumah warga agar lebih kondusif, bagi Masyarakat bisa menjadi sumber informasi yang baik</p> <p><em> Malnutrition is associated with vitamin and mineral deficiencies. The 2022 Indonesian Nutritional Status Survey found that the prevalence of stunting in toddlers was 21.6%, wasting 7.7%, underweight 17.1%, and overweight 3.5%. This type of quantitative research was conducted by measuring BB/TB of toddlers with a case control design, to find the relationship between risk factors and nutritional status with 172 respondents, 43 cases and 129 controls at the Rajabasa Indah Health Center, primary data collection using questionnaires and secondary data by looking at the respondents' KIA books, then analyzed using univariate, bivariate and multivariate analysis. The results of the case group study showed that the percentage of less than adequate nutrition was higher in low education 72.1%, not exclusively breastfed 60.5%, BBL <2.5 kg 87.5%, history of infection 60%, not exposed to cigarette smoke 69.2%, sanitation living in a dirty environment 79.1%, while in the control group the percentage of good nutrition was high in higher education 86%, history of exclusive breastfeeding 60.5%, BBL> 2.5 kg 85.1%, not exposed to infection 89.3%, exposure to cigarette smoke 75.3%, sanitation living in a clean environment 94.6%. There is a relationship between low maternal education (p = 0.001), History of non-exclusive breastfeeding (p = 0.027), BBL <2.5 kg (p = 0.000), History of exposure to infection (p = 0.000), Dirty environmental sanitation (p = 0.000) with poor nutritional status, The biggest risk factor for nutritional status is Sanitation 82.292 in toddlers who live in dirty environments than clean environments. Suggestions for the Health Center are expected to pay more attention to cleanliness in the area and increase education about sanitation, for further researchers they can conduct research at the integrated health post held in residents' homes to be more conducive, for the community it can be a good source of information.</em></p>2024-10-31T00:00:00+00:00Hak Cipta (c) 2024 Jurnal Kesehatan Afinitashttps://ojs.co.id/1/index.php/jka/article/view/1990FAKTOR EKSTERNAL YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECENDERUNGAN TERJADINYA LESBIAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN PEREMPUAN DI BANDAR LAMPUNG TAHUN 20242024-10-01T11:48:32+00:00Dwi Ayu lestaridwiayulestari1608@gmail.comWayan Aryawatiaryawati1965@yahoo.comNurul Aryastutinurul@malahayati.ac.id<p>Indonesia menjadi negara kelima terbesar di dunia dalam menyumbang penyebaran LGBT atau lesbi, gay, biseksual, dan transgender. Populasi LGBT di indonesia ke-5 terbesar di dunia. Sejumlah lembaga survei independen menyebut, indonesia memiliki populasi 3% LGBT. Dengan kata lain, dari 250 juta penduduk indonesia, sekitar 7,5 jutanya adalah LGBT. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor eksternal yang berhubungan dengan kecenderungan terjadinya lesbian di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan (LPP) Bandar Lampung. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain penelitian cross sectional. Populasi penelitian adalah warga binaan pemasyarakatan perempuan di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan kelas IIA Bandar Lampung tahun 2024. Sampel penelitian sebanyak 182 orang. Instrumen penelitian adalah kuesioner. Analisa data yang digunakan untuk analisa univariat distribusi frekuensi, analisa bivariat menggunakan uji chi square dan analisa multivariat menggunakan regresi logistic ganda. Didapatkan Responden yang mengalami kecenderungan lesbian sebanyak 36 (19,8%), faktor keluarga yang harmonis 136 (74,7%) dan tidak harmonis 46 (25,3%), pola asuh otoriter 121 (66,5%), permissive 48 (26.4%) dan demokrasi 13 (7,1%), penghasilan tinggi 97 (53,35%) dan rendah 85 (46,7%), faktor lingkungan buruk 55 (30,2%) dan baik 127 (69,8% ), terpapar pornografi 37 (20,3%) dan tidak terpapar pornografi 145 (79,7%). Terdapat hubungan antara faktor keluarga (p-value 0,000), faktor lingkungan (p-value 0,000), antara pornografi (p-value 0,000) dan tidak ada hubungan antara pola asuh (p-value 0,605) dan penghasilan (p-value 1,000) dengan Kecenderungan Kejadian Lesbian. Faktor yang paling dominan mempengaruhi Kecenderungan Kejadian Lesbian adalah variabel pornografi (p-value 0,000) dengan OR 6.631. Diharapkan lembaga pemasyarakatan untuk mengadopsi pendekatan yang holistik dalam menangani perilaku seksual narapidana.</p>2024-10-31T00:00:00+00:00Hak Cipta (c) 2024 Jurnal Kesehatan Afinitas