https://ojs.co.id/1/index.php/jet/issue/feed Jurnal Eksplorasi Teologi 2025-01-30T18:14:21+00:00 Open Journal Systems https://ojs.co.id/1/index.php/jet/article/view/2721 KISAH PENGURAPAN RAJA DAUD DALAM 1 SAMUEL 16 :1-13 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMILIHAN ALLAH MENURUT PANDANGAN ALLAH 2025-01-21T06:39:55+00:00 Sandriana Adirta Ludji [email protected] Stevani Gloria Babis [email protected] Veren Veronika Manu [email protected] Keren Hapukh Hana [email protected] Feni Adolrista Ni'ab [email protected] Marni Nelcina Boimau [email protected] Maya Djawa [email protected] <p>Artikel ini menganalisis karakter Daud sebagai raja terpilih dan menggali kriteria ilahi yang digunakan Tuhan dalam memilih pemimpin. Tujuan artikel ini adalah untuk memahami bagaimana implikasi kiasah pengurapan Raja Daud dalam 1 Samuel 16:1-13 terhadap Pemilihan Allah menurut pandangan Allah. Metode penelitian meliputi analisis teks Alkitab dan kajian literatur terkait kepemimpinan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketaatan, kerendahan hati, dan integritas adalah kriteria fundamental dalam pemilihan pemimpin menurut perspektif Alkitab. Ketaatan Daud kepada Tuhan terlihat dalam keputusan-keputusan yang diambilnya, sementara kerendahan hatinya tercermin dari sikapnya yang menghormati Raja Saul meskipun Saul berusaha membunuhnya. Kisah ini mengajarkan bahwa pemimpin yang baik harus memiliki karakter yang kuat dan berintegritas. Dalam konteks masa kini, nilai-nilai ini sangat relevan untuk diterapkan oleh para pemimpin, baik dalam politik maupun organisasi. Dapat disimpulkan bahwa dengan mengedepankan kriteria ilahi ini, diharapkan akan muncul pemimpin-pemimpin yang tidak hanya kompeten secara teknis tetapi juga memiliki moralitas yang tinggi. Artikel ini memberikan panduan bagi individu dan komunitas untuk lebih bijaksana dalam memilih pemimpin berdasarkan karakter dan nilai-nilai spiritual.</p> <p>&nbsp;</p> <p><em>This article analyzes David's character as the chosen king and explores the divine criteria that God uses in choosing leaders. The purpose of this article is to understand how the implications of King David's anointing in 1 Samuel 16:1-13 are on God's Election from God's point of view. Research methods include analysis of biblical texts and literature studies related to leadership. The results show that obedience, humility, and integrity are fundamental criteria in choosing leaders from a biblical perspective. David's obedience to God was evident in the decisions he made, while his humility was reflected in his respectful attitude toward King Saul despite Saul's attempts to kill him. This story teaches that a good leader must have a strong character and integrity. In today's context, these values are very relevant to be applied by leaders, both in politics and organizations. It can be concluded that with.</em></p> 2025-01-30T00:00:00+00:00 Hak Cipta (c) 2025 Jurnal Eksplorasi Teologi https://ojs.co.id/1/index.php/jet/article/view/2627 SIKAP NEHEMIA DALAM KITAB NEHEMIA 5:1-13 DAN REFLEKSINYA TERHADAP SIKAP PEMIMPIN GEREJA DALAM MEMPERHATIKAN PERGUMULAN JEMAAT PADA MASA KINI 2025-01-09T10:40:48+00:00 Friska Benu [email protected] Miseri Liu [email protected] Selfina Tapatab [email protected] Ledi Kristin Ellu [email protected] Noldiana Ndoluanak [email protected] Yusmin Asrolin Tapeun [email protected] Maya Djawa [email protected] <p>Nehemia 5:1-13 mencatat respons kepemimpinan Nehemia terhadap krisis sosial-ekonomi yang melanda umat Israel setelah kembali dari pembuangan. Dalam situasi di mana orang-orang miskin tertindas oleh sesama mereka, Nehemia menunjukkan sikap empati, keadilan, dan keberanian moral. Ia tidak hanya mendengar keluhan rakyat, tetapi juga bertindak tegas dengan menegur para pemimpin yang menyalahgunakan kekuasaan dan memberlakukan perubahan struktural untuk memulihkan keadilan. Sikap Nehemia mencerminkan kepemimpinan yang peduli terhadap kesejahteraan umat, sejalan dengan nilai-nilai iman&nbsp; penelitian ini merefleksikan bagaimana sikap Nehemia dapat menjadi cermin bagi pemimpin gereja masa kini dalam memperhatikan pergumulan jemaat.Refleksi terhadap konteks gereja masa kini menunjukkan bahwa pemimpin gereja memiliki tanggung jawab serupa dalam memperhatikan pergumulan jemaat, termasuk persoalan sosial-ekonomi. Pemimpin gereja perlu meniru teladan Nehemia dengan mendengar suara jemaat, bertindak adil, dan menjadi agen transformasi dalam komunitas. Sikap ini relevan dalam menghadapi tantangan modern seperti kemiskinan, ketidakadilan sosial, dan krisis spiritual. Dengan pendekatan yang inklusif dan berlandaskan kasih, gereja dapat menjadi tempat pemulihan bagi jemaat dan masyarakat luas.Dengan demikian, diharapkan pemimpin gereja dapat belajar dari teladan Nehemia untuk membangun jemaat yang sehat secara holistik,&nbsp; memperhatikan kesejahteraan jasmani dan rohani anggotanya secara seimbang. Kisah ini menekankan pentingnya kepemimpinan yang berintegritas, kepedulian terhadap sesama, dan perlunya tindakan kolektif untuk menciptakan perubahan positif dalam masyarakat. Melalui keberanian dan komitmennya, Nehemia menjadi contoh teladan bagi pemimpin masa kini dalam memperjuangkan keadilan dan kesejahteraan komunitas.</p> 2025-01-30T00:00:00+00:00 Hak Cipta (c) 2025 Jurnal Eksplorasi Teologi https://ojs.co.id/1/index.php/jet/article/view/2727 GAMBARAN KETIDAKSETIAAN ISRAEL MENURUT HOSEA 1:2-9 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP SIKAP KESETIAAN ORANG KRISTEN KEPADA TUHAN PADA MASA KINI 2025-01-22T09:48:18+00:00 Lukas Martinus Laure [email protected] Margarita Tenis [email protected] Asta Lawu Nedi [email protected] Anjeli Tety Marsita Tefa [email protected] Hefer Taneo [email protected] Esi Intan Ladang [email protected] Maya Djawa [email protected] <p>Artikel ini membahas ketidaksetiaan Israel yang digambarkan dalam Hosea 1:2-9 dan implikasinya terhadap sikap kesetiaan orang Kristen kepada Tuhan di masa kini. Dalam teks ini, ketidaksetiaan bangsa Israel kepada Tuhan dicontohkan melalui perintah Tuhan kepada nabi Hosea untuk menikahi Gomer, seorang perempuan sundal, sebagai simbol dari tindakan umat yang berzinah secara rohani dengan menyembah berhala. Penelitian ini bertujuan unatuk mengetahui sejauh mana implikasi gambaran ketidak setiaan Israel terhadap kesetiaan orang Kristen pada Tuhan pada masa kini. Metode yang digunakan dalam artikel ini adalah pendekatan analisis tekstual terhadap kitab Hosea, khususnya Hosea 1:2-9. menemukan bahwa melalui narasi ini, artikel mengungkapkan berbagai tema penting, seperti panggilan Tuhan yang tidak biasa, ketaatan kepada perintah-Nya, serta akibat penghukuman terhadap ketidaksetiaan, yang berujung pada pemisahan antara Tuhan dan umat-Nya. Implikasi dari teks ini bagi orang Kristen masa kini adalah pentingnya menjaga kesetiaan kepada Tuhan, serta menghindari godaan untuk berpaling dari-Nya. Artikel ini menyimpulkan bahwa meskipun Tuhan menghukum ketidaksetiaan, kasih-Nya tetap ada bagi umat-Nya yang setia. Pendekatan analisis tekstual terhadap Kitab Hosea ini bertujuan untuk menggali pesan teologis yang relevan dengan kehidupan rohani umat Kristen masa kini.</p> <p><em>This article discusses the unfaithfulness of Israel as described in Hosea 1:2-9 and its implications for the attitude of Christians to be faithful to God today. In this text, the unfaithfulness of the Israelites to God is exemplified through God's command to the prophet Hosea to marry Gomer, a harlot, as a symbol of the actions of the people who commit spiritual adultery by worshiping idols. This research aims to find out the extent of the implications of the description of Israel's unfaithfulness to the faithfulness of Christians to God today. The method used in this article is a textual analysis approach to the book of Hosea, especially Hosea 1:2-9. found that through this narrative, the article reveals various important themes, such as God's unusual call, obedience to His commandments, and the consequences of punishment for unfaithfulness, which leads to a separation between God and His people. The implications of this text for Christians today are the importance of maintaining loyalty to God, and avoiding the temptation to turn away from Him. This article concludes that although God punishes unfaithfulness, His love remains for His faithful people. This textual analysis approach to the Book of Hosea aims to dig up the theological messages that are relevant to the spiritual life of Christians today.</em></p> 2025-01-30T00:00:00+00:00 Hak Cipta (c) 2025 Jurnal Eksplorasi Teologi https://ojs.co.id/1/index.php/jet/article/view/2691 KEDATANGAN MESIAS DALAM MIKHA 5:1-8 DAN IMPLIKASI DENGAN SIKAP ORANG KRISTEN DALAM MENYAMBUT KEDATANGAN ALLAH PADA MASA KINI 2025-01-16T13:07:46+00:00 Boas Tauho [email protected] Margareth Julia Malelak [email protected] Ivana Clairine Mailau [email protected] Merfin Bengkiuk [email protected] Renya Avliana Pandie [email protected] Desmandiro Eljanuard Selan [email protected] Maya Djawa [email protected] <p>Kitab Mikha adalah salah satu dari dua belas kitab nabi kecil dalam Tanakh (Alkitab Ibrani) dan termasuk dalam Nevi’im (Nabi-Nabi). Ditulis oleh Nabi Mikha pada abad ke-8 SM, kitab ini mengandung nubuat-nubuat tentang penghukuman dan pemulihan yang dihadapi oleh kerajaan Israel dan Yehuda pada masa pemerintahan raja-raja Yotam, Ahas, dan Hizkia.Mikha terkenal karena kritikannya terhadap ketidakadilan sosial dan spiritual di masyarakat, serta seruannya untuk keadilan, kasih setia, dan kerendahan hati.Dengan menganalisis konteks historis dan pesan-pesan utama dalam kitab ini, kita dapat melihat bagaimana Mikha menyerukan umat untuk bertobat dan kembali kepada jalan Tuhan. Pesan-pesan tersebut tetap relevan dalam konteks modern, terutama dalam menghadapi isu-isu keadilan sosial dan tanggung jawab moral. Melalui pesan-pesannya, Mikha mengajak kita untuk merenungkan nilai-nilai keadilan, kasih setia, dan kerendahan hati dalam kehidupan kita. Dengan demikian, kitab Mikha bukan hanya sekedar naskah religius, tetapi juga sumber inspirasi dan panduan moral yang relevan untuk zaman modern.</p> <p><em>The Book of Micah is one of the twelve minor prophet books in the Tanakh (Hebrew Bible) and is part of the Nevi’im (Prophets). Written by the prophet Micah in the 8th century BCE, the book contains prophecies about the judgment and restoration faced by the kingdoms of Israel and Judah during the reigns of Kings Jotham, Ahaz, and Hezekiah.Micah is renowned for his critique of social and spiritual injustices in society, as well as his calls for justice, steadfast love, and humility. By analyzing the historical context and the main messages in this book, we can see how Micah urged the people to repent and return to God’s ways. These messages remain relevant in the modern context, particularly in addressing issues of social justice and moral responsibility. Through his messages, Micah invites us to reflect on the values of justice, steadfast love, and humility in our lives. Thus, the Book of Micah is not just a religious text but also a source of inspiration and moral guidance that is pertinent for contemporary times.</em></p> 2025-01-30T00:00:00+00:00 Hak Cipta (c) 2025 Jurnal Eksplorasi Teologi https://ojs.co.id/1/index.php/jet/article/view/2587 PENDEKATAN PSIKOLOGIS DALAM PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN MEMAHAMI KEBUTUHAN EMOSIOMAL SISWA 2025-01-03T02:14:52+00:00 Naomi Utan [email protected] Ivoni C. Nomleni [email protected] Milka Y. Kabu [email protected] Yohana A. Pobas [email protected] <p>Tujuan Penulisan Artikel Ini adalah melihat&nbsp; sejauh mana psikologi pendidikan agama kristen dalam menyiapkan metode pembelajaran yang utuh, secara kognitif melainkan juga secara emosional. Pendidikan agama kristen juga dapat memberikan daftar etika yang kuat dalam praktik psikologi. Etika Kristen yang mengajarkan nilai -&nbsp; nilai yang kuat kepada individu. Hal ini dapat membentuk pola pikir yang positif&nbsp; dan mempengaruhi perkembangan psikologis seseorang. Adapun metode penilitian yang di gunakan adalah penilitian kualitatif dengan pendekatan studi kepustakaan. Hasil dari penilitian ini merujuk pada penerapan psikologi PAK dalam pendidikan krakter yang penting dan perlu untuk mengkaji perilaku peserta didik dan umat krsiten agar kehidupannya di dasari pada firman tuhan.Kesimpulannya memperlihatkan hubungan dan peran pendidikan agama ksristen dan psikologi dalam kehidupan manusia. Hasil kajian ini yang di lakukan menemukan bahwa peran psikologi pendidikan agama kristen di dalam pelaksanaan pembelajaran masa sekarang&nbsp; sangat besar karena menentukan metode dan strategi.</p> <p><em>The purpose of writing this article is to see the&nbsp; extent to which the psychology of&nbsp; christian religious education has prepared a complete learning method, cognitively but also emotionally. Christian&nbsp; religious&nbsp; education can also provide a strong list of ethics in the practice of psychology. Christian ethics that teach strong values to individuals. This can&nbsp; form a positive mindset and influence&nbsp; a person’s psychologocal development . The&nbsp; research method&nbsp; used is qualitative research with a literature study approach . The results of this research refer to the application of Pak psychology in character education which is important and necessary&nbsp; to study the behavior of students and christians so that their lives are based on the word of god. The conclusion shows the relationship and&nbsp; role of christian religious education and psychology in human life. The results of this study found thatthe role of psychology in christian religious education in the implementation of contemporary learning is very large because it determines methods and strategies.</em></p> 2025-01-30T00:00:00+00:00 Hak Cipta (c) 2025 Jurnal Eksplorasi Teologi