KONTEKSTUALITASI MISI BUDAYA BAKAR BATU ADALAH SUASTU KEKAYAAN SUKU LANI IMPLEMENTASI BAGI GEREJA

Penulis

  • Yosep Kambu Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan Negeri
  • Opiut Murid Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan Negeri

Kata Kunci:

Kontekstualisasi Misi, Budaya Bakar Batu, Suastu Kekayaan Implementasi Bagi Gereja

Abstrak

Bakar Batu merupakan adat istiadat memasak makanan  menggunakan batu panas. Bakar Batu berfungsi sebagai tradisi makan bersama, berkumpul, mengungkapkan rasa syukur, saling berbagi, dan damai. Bakar Batu merupakan warisan nenek moyang suku Lani yang dilakukan apabila merasa bingung, takut, lemah dan sakit. Ritual ini dilakukan untuk`  mencari petunjuk sehingga mereka terlibat dalam kuasa gelap. Kontekstualisasi misi tehadap budaya Bakar Batu Suku Lani bukanlah Bakar Batu yang bertujuan makan bersama melainkan Bakar Batu yang mengadakan ritual gaib yang bertentangan dengan Alkitab. Rumusan masalahnya adalah Bagaimana implementasi kontekstualisasi misi terhadap budaya Bakar Batu Suku Lani bagi jemaat Eklesia nigilome ? Tujuan penelitian untuk menjelaskan bahwa dengan memakai model kontekstualisasi misi yang tepat, maka jemaat Eklesia nigilome  dapat memberitakan Injil melalui kontekstualisasi budaya Bakar Batu. Metode yang digunakan adalah metode penelitian studi kasus dan analisis isi dengan pendekatan kualitatif. Respondennya adalah 60 jemaat dari usia 25 tahun ke atas. Dari 60 jemaat yang aktif ke gereja hanya 35 orang, Jadi, sampel yang diambil 35 orang jemaat. Instrumen pengumpulan informasi yang dipakai dalam riset ini adalah angket dan wawancara. Hasil yang didapat dalam riset ini yaitu jemaat Eklesia nigilome  dapat memakai 3 model kontekstualisasi misi yakni transformasi: Melalui kebudayaan, Allah berhubungan dengan seseorang saat seseorang diperbaharui Allah, hingga budayanya pula diperbaharui (2 kor 5:17). dan model akomodasi: tindakan menghormati serta keterbukaan kepada budaya asli yang dilakukan di dalam tindakan, sikap, dan pendekatan praktis kontekstualisasi misi. Serta model transendental, menjadi tekanan utamanya adalah pengalaman individu sehingga praktisi kontekstualisasi harus orang dari budaya itu sendiri.

Unduhan

Diterbitkan

2024-02-29