KESENIAN ANGKLUNG YANG SAMPAI DI KANCAH INTERNASIONAL

Penulis

  • Pupung Purnamasari Universitas Pelita Bangsa
  • Dheni Eka Mahendra Universitas Pelita Bangsa
  • dede wijaya universitas pelita bangsa

Kata Kunci:

kesenian angklung, Saung Angklung, Udjo melestarikan budaya

Abstrak

Awal mula kesenian angklung berasal dari dalam negeri, yaitu berasal dari daerah jawa barat, angklung ini tercipta sejak abad ke 12 hingga ke abad 16, angklung terbuat dari sebuah bambu sehingga berbunyi khas yang sangat merdu untuk di mainkan, angklung ini diciptakan oleh Daeng Soetigna pada tanggal 13 mei sampai 8 april pada tahun 1908-1984. Salah satu tempat yang memperkenalkan kesenian angklung ke luar negeri salah satunya adalah Saung Angklung Udjo yang terletak di daerah Bandung Timur provinsi jawa barat. Saung angklung udjo sudah terkenal dalam negeri maupun luar negeri dikarenakan saung udjo terkenal dengan kesenian angklung, saung angklung udjo memiliki keunikan maupun ciri khasnya sendiri. Melestarikan dan mengemas warisan budaya secara autentik dengan cara yang dapat diapresiasi oleh pasar internasional merupakan salah satu tantangan utama. Ada kemungkinan bahwa ciri-ciri khas budaya angklung dapat diubah atau hilang dalam upaya untuk memenuhi tuntutan pasar yang berbeda.

The beginning of angklung art originated from within the country, namely from the West Java region, this angklung was created from the 12th century to the 16th century, angklung is made of bamboo so that it sounds very melodious to play, this angklung was created by Daeng Soetigna on May 13 to April 8 in 1908-1984. One of the places that introduced angklung art abroad is Saung Angklung Udjo, which is located in the East Bandung area of West Java province. Saung angklung udjo is well known domestically and abroad because Saung Udjo is famous for angklung art, Saung Angklung Udjo has its own uniqueness and characteristics. Preserving and packaging cultural heritage authentically in a way that can be appreciated by the international market is one of the main challenges. It is possible that the distinctive features of angklung culture may be altered or lost in an attempt to meet the demands of different markets.

Unduhan

Diterbitkan

2024-08-05